Selasa 23 Dec 2014 17:06 WIB

Halte Transjakarta Masjid Agung Tutup Jalur Pejalan Kaki

Rep: C02/ Red: Winda Destiana Putri
 Pekerja menyelesaikan pembangunan Halte Transjakarta di kawasan Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, Selasa (9/9). ( Republika/Raisan Al Farisi)
Pekerja menyelesaikan pembangunan Halte Transjakarta di kawasan Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, Selasa (9/9). ( Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, KEBAYORAN BARU -- Jalur padestrian di Jakarta Selatan semakin banyak penghalang, seperti tiang fly over, rambu-rambu lalu lintas, tiang listrik, pohon besar dan halte busway.

Di Jalan Sisingamangaraja Kebayoran Baru atau lebih dikenal dengan Masjid Agung sudah menghabiskan jalur padestrian. Beberapa orang mahasiswa Universitas Al-Azhar yang berjalan kaki di jalur ini merasa terganggu dengan adanya halte tersebut.

Sebelumnya Halte Masjid Agung berada di tengah jalan. Tapi setelah halte tersebut terbakar. Halte itupun dipindahkan ke jalur padestrian. Seperti Fitria Khairia, ia merasa bingung untuk melewati halte yang berada di padestrian ini. Ia memastikan jalur untuk pejalan kaki sudah termakan habis halte masjid agung. Ia dan beberapa orang temannya untuk menuju gerbang Masjid Agung harus berlari di jalur busway untuk melewati Halte.

Fitria mengaku cemas saat berlari di jalur busway dekat Halte Masjid Agung. Ia tidak tahu kapan busway dan beberapa angkutan umum seperti Kopaja bisa ngebut di jalur merah itu.  Selama halte tersebut berdiri di Jalur padestrian, selama itu pejalan kaki akan was-was untuk melewati halte tersebut.

"Sudah tidak adalagi jalur untuk melintasi halte ini," ujar Fitria

Selain Fitria, Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Al Alzhar Vani mengatakan Halte Busway Masjid Agung sudah tidak mengizinkan pejalan kaki lewat padestrian. Apalagi adanya penggalian kabel optik di sepanjang jalur padestrian ini. Ia menceritakan pengalamannya saat berjalan dengan teman perempuannya dari Bundaran Senayan ke Masjid Agung untuk Sholat Zuhur. Saat ingin melewati halte, tiba-tiba ada busway tujuan Blok M yang datang. Ia dan temannya merasa ragu kemudian mundur. Kejadian itu membuat Vani merasa was-was melewati halte ini.

Disamping halte memang ada ruang sebadan untuk pejalan kaki. Tapi ruang tersebut sudah terdapat lubang penggalian kabel optik. Sehingga Vani tidak lagi melewati padestrian di Masjid Agung ini. Ia mengaku sejak dua hari lalu sampai sekarang (23/12) Vani sudah tidak lagi melewati padestrian tersebut. Ia meminta agar Dinas Pekerjaan Umum dapat memberikan ruang untuk pejalan kaki.

"Jangan sibuk ngurus proyek yang besar dulu, buat pejalan kaki saja masih belum beres," ujar Vani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement