REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kepala Pelaksana Badan Penanggulanggan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Dwi Daryanto mengatakan sebanyak 2.300 kepala keluarga (KK) tinggal di perbukitan dengan kecuraman lereng mencapai 40 derajat. Mereka tersebar di 15 desa dan termasuk warga yang terancam bahaya tanah longsor.
Menurut Dwi Daryanto, memasuki musim penghujan di Kabupaten Batul telah terjadi bencana tanah longsor. Bencana yang terjadi di Dusun Kaligatuk, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan menyebabkan rumah satu warga rusak.
"Saat musim penghujan tahun lalu di dusun tersebut terjadi dua ekor sapi hanyut dibawa derasnya air sungai," kata Dwi Daryanto di Bantul, Selasa (23/12).
Salah satu solusi bagi warga yang terancam longsor, pihaknya memberi alternative yaitu relokasi lokal, baik dilakukan pemerintah ataupun secara mandiri.
Permasalahan yang sekarang dihadapi adalah biaya yang harus dikeluarkan dan lahan untuk relokasi."Memang ada kendala yang dihadapi termasuk kesedian warga untuk direlokasi," kata Dwi.
Lebih jauh Dwi mengatakan selain tanah longsor potensi terjadinya banjir lahar dingin mengancam warga yang tinggal di bantaran sungai Code, Gajah Wong dan Kali Kuning, Sungai Opak yang berhulu di Gunung Merapi.
"Di lereng Merapi masih terdapat jutaan meter kubik material erupsi Merapi yang bisa berpotensi menjadi bencana banjir lhar dingin jika hujan lebat dan dalam waktu yang lama," katanya.