Selasa 23 Dec 2014 06:45 WIB

Abaikan Hasil Survei, Golkar Mainkan Politik 'Burung Unta'

Foto kombo Wakil Ketua Umum Partai Golkar versi munas Jakarta Priyo Budi Santoso (foto kiri) dan Ketua Umum Partai Golkar versi munas Bali (foto kanan) saat akan menyerahkan hasil Munas ke Kemenkumham, Jakarta, senin (8/12).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Foto kombo Wakil Ketua Umum Partai Golkar versi munas Jakarta Priyo Budi Santoso (foto kiri) dan Ketua Umum Partai Golkar versi munas Bali (foto kanan) saat akan menyerahkan hasil Munas ke Kemenkumham, Jakarta, senin (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Politisi Partai Golkar Hajriyanto Y Thohari menilai DPP Partai Golkar saat ini memainkan "politik burung unta" terhadap kekisruhan yang terjadi di internal partai tersebut.

"Burung unta itu merasa sudah tidak ada yang mengejar kalau sudah berhasil menyembunyikan kepalanya di pojok dan matanya sudah tidak melihat ada musuh padahal dia saja yang tidak melihat musuh," kata Hajriyanto dalam pesan Blackberry di Jakarta, Senin.

Dia menjelaskan politik burung unta adalah politiknya orang yang pura-pura melihat tidak ada tantangan, ancaman, dan persoalan. Hal itu menurut dia terlihat ada kader Golkar yang mengatakan tidak ada konflik dan perpecahan di PG namun yang ada hanya dinamika internal.

"Lalu juga ada pernyataan bahwa kondisi PG biasa-biasa saja, tetap jalan, tidak ada persoalan, namun yang ada hanya gerakan orang-orang kecewa yang ditunggangi kekuatan eksternal," ujarnya.

Menurut dia, ada juga penyataan kader Golkar bahwa pernyataan Lingkaran Survei Indonesia bahwa suara Golkar terjun bebas, merupakan survei yang tidak objektif. Hal itu menurut dia menunjukkan politik burung unta yang suka menutupi dan menyembunyikan masalah.

"Ada pernyataan orang DPP Golkar bahwa survei LSI yang mengatakan Golkar terjun bebas, itu adalah survei tidak objektif, survei bayaran untuk menghancurkan Golkar," ujarnya.

Selain itu menurut dia, saat awal reformasi yang sulit, Golkar bisa tetap bertahan karena saat itu kepemimpinan Golkar sangat transformatif dan responsif terhadap cita-cita reformasi. "Hasilnya Golkar berhasil masuk menjadi bagian penting dalam gerakan reformasi," ujarnya.

Kedua menurut dia, kepemimpinan PG saat itu solid dan kokoh, tidak seperti saat ini tercabik-cabik dalam perpecahan yang disebabkan oleh hal-hal yang pragmatis bukan ideologis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement