REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengumumkan analisis penyebab longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pihaknya telah melakukan analisis penyebab longsor bekerja sama dengan Ikatan Ahli Bencana Indonesia dan sejumlah ahli asal Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Dusun Jemblung memang salah satu desa di Indonesia yang berpotensi longsor. Di Banjarnegara ada sekitar 20 kecamatan yang memiliki potensi sedang-tinggi longsor," ujarnya dalam konferensi pers di kantor pusat BNPB, Jalan Juanda, Jakarta Pusat, Senin (15/12).
Ia menjelaskan, material penyusun Bukit Telogolele, Dusun Jemblung adalah endapan vulkanik tua sehingga solum tanah tebal dan ada pelapukan. Selain itu, kemiringan lereng Bukit Telogolele juga cukup curam, yakni lebih dari 60 persen.
Meski tingkat kemiringannya tinggi, tak ada terasering di bukit tersebut. Ditambah, tanaman yang tumbuh di Bukit Telagalele adalah tanaman semusim (palawija) yang ditanam dengan tidak rapat.
Sutopo melanjutkan, sehari sebelum bencana terjadi, Desa Jumblung diguyur hujan deras pada tanggal 10 dan 11 Desember 2014 sehingga tanah jenuh dengan air dan akhirnya memicu longsor. Dari hasil analisis yang dilakukan BNPB, disimpulkan luas longsoran Banjarnegara mencapai 17 hektare.
Menurutnya longsor kali ini mirip dengan longsor di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Banjarnegara yang terjadi pada 2006 lalu. Saat itu, bencana tersebut menewaskan 76 jiwa.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi), usai meninjau langsung lokasi bencana, mempertanyakan penyebab longsor. Jika melihat lokasinya yang ditumbuhi pepohonan hijau, menurut Jokowi, seharusnya longsor tidak terjadi di tempat tersebut.
"Kalau saya lihat tadi di lokasi, sebetulnya dari sisi vegetasi, dari sisi lingkungan itu sudah sangat hijau. Ini yang saya tanyakan, dan ini yang belum terjawab kenapa bisa tiba-tiba begitu," ujarnya di Pangkalan Udara TNI AU, Halim Perdanakusuma, Ahad (14/12).
Seperti diketahui, longsor terjadi pada Jumat (13/12) petang lalu di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Hingga saat ini, sudah ada 51 korban jiwa dan 57 korban lainnya belum ditemukan.