REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pertumbuhan penumpang tranportasi udara yang signifikan dengan tiket murah mendorong kesibukan penerbangan ke depan seperti angkot (angkutan kota).
"Pertumbuhan penumpang pesawat udara terus meningkat dan operasional pesawat akan semakin sibuk, seperti angkot yang menghubungkan satu kota ke kota lainnya secara berantai dalam sehari. Tentunya perlu spesifikasi pesawat yang sesuai dengan karakter kawasan," kata Ilham Habibie, Komisaris PT Regio Aviasi Indoneia (RAI) Ilham Habibie di Bandung, Kamis (11/12).
Menurut dia, dengan karakter penerbangan di Indonesia ke depan, maka diperlukan pesawat yang handal dengan keunggulan yang sesuai dengan karakter operasional, jarak tempuh dan kondisi bandara yang ada di tanah air.
Ia menyebutkan berdasar data penerbangan di tanah air, jumlah penumpang transportasi udara di Indonesia saat ini 70 juta hingga 80 juta orang per tahun. Pada 2030 di Indonesia diprediksi bisa menembus angka 250 juta.
"Dalam dunia penerbangan dikenal faktor pengali (kali) tiga dari total jumlah penduduknya untuk menentukan jumlah penumpang transportasi udara," katanya.
Indonesia sebagai negara kepulauan menjadikan transportasi udara pilihan masyarakat dan meningkatkan daya saing dan menambah nilai tambah.
"Transportasi udara ke depan bukan lagi alat transportasi mahal tapi menjadi kebutuhan. Dalam diskusi kami mendapatkan pengalaman betapa transportasi udara bisa meningkatkan nilai tambah sebuah komoditas hingga lima kali lipat," katanya.
Ia mencontohkan ikan dari perairan Pangandaran harganya bisa lima kali lebih mahal setelah dibawa ke Jakarta dengan pesawat udara dalam kondisi masih hidup. "Kami berharap pesawat R80 akan menjawab kebutuhan masa depan tranportasi Indonesia. Kita bersinergi dengan produk PTDI, dan yakin bisa eksis karena kita tidak memulai dari nol," kata Ilham.
Pesawat R80 memiliki kemampuan terbang di atas 20.000 kaki dan mempunyai kapasitas 80-90 tempat duduk. Biaya pembuatan pesawat canggih ini sekitar 500 ribu sampai 700 ribu dolar AS untuk engineering, prototipe, dan pengujian pesawat terbang baik di darat maupun udara.
Pesawat R80 diperkirakan rampung penyelesaiannya pada tahun 2018, disusul kemudian sertifikasi internasional yang ditrgetkan rampung 2020. Rencananya, pesawat dengan 80 tempat duduk itu akan melakukan penerbangan perdana di Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Kabupaten Malajengka, pada 2018.