REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan telah memutuskan Kurikulum 2013 (K-13) dihentikan, kecuali untuk sejumlah sekolah prototipe. Sebagai gantinya Anies mengimbau agar sekolah-sekolah kembali pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
Kebijakan tersebut sontak mengundang pro dan kontra. Di antara pihak-pihak yang tidak bersepakat atas kebijakan tersebut, mantan Mendikbud M Nuh menjadi yang paling lantang melayangkan kritik. Menurutnya mengembalikan Kurikulum 2013 menjadi KTSP adalah sebuah kemunduran.
Nuh berpendapat evaluasi atas Kurikulum 2013 tidak berimbang. Ia menggambarkan pada 2012, saat masih berjalan KTSP, Kemendikbud pernah melakukan Uji Kompetensi Guru (UKG). Saat itu, menurut Nuh, guru memperoleh nilai hasil tes rata-rata 45.
"Dengan nilai seperti itu, tidak ada orang mempersoalkan guru belum siap melaksanakan KTSP," kata Nuh kepada Republika, Ahad (7/12).
Dalam penerapan Kurikulum 2013, menurutnya Kemendikbud dibawah instruksinya sudah melakukan pelatihan, yang mencakup kurang-lebih 1,3 juta guru. Menurut Nuh, Sebelum dilatih, para guru diuji melalui pretes. Saat itu, kata Nuh, para guru mendapatkan nilai rata-rata 43, atau tidak jauh beda dengan tes UKG.
"Lalu kita latih guru selama 52 jam. Kita postes, nilanya 71. Dari dua data itu, silakan dibandingkan," ujarnya.
Meski begitu, menurut Nuh, dengan nilai rata-rata 71, bukan berarti tidak ada yang mendapat 40. Namu dia memberi catatan, jangan dilupakan guru yang mendapatkan nilai 80.
"Kalau yang disorot ini yang mendapatkan 40 dan mengabaikan yang mendapat 70-80, tidak fair. Oleh karena itu apa yang kita lakukan, untuk guru-guru yang nilainya di bawah 50, 40, kita berikan pendampingan, melalui klinik konsultasi pembelajaran," katanya.
Menurut Nuh, kalau pengehentian K-13 karena alasan guru belum berkompeten, ia mempertanyakan kompetensi guru-guru dalam menerapkan KTSP 2006. Menurut dia, harus pakai alat ukur yang sama untuk membandingkan kedua kurikulum tersebut.
Nuh meyakinkan, K-13 merupakan penyempurnaan atas kekurangan-kekurangan KTSP. Dia mencontohkan, di SMK, KTSP tidak memasukan pendidikan sejarah. "Bagaimana mengembar-gemborkan pembentukan karakter, tetapi tidak ada pelajaran sejarah," katanya.