Sabtu 06 Dec 2014 20:15 WIB

BBM Naik, Omzet Penjualan Batik Pekalongan Melorot 50 Persen

Pengrajin batik dari Solo
Foto: ant
Pengrajin batik dari Solo

REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Omzet penjualan batik produk perajin di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, selama beberapa pekan terakhir turun sekitar 50 persen, karena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.

Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Kabupaten Pekalongan, Failasuf di Pekalongan, Sabtu, mengatakan bahwa kondisi perbatikan kini relatif lengang dan sepi pembeli, sehingga omzet penjualan batik turun hingga 50 persen. "Naiknya harga bahan baku batik dan turunnya daya beli masyarakat terkait kenaikan harga BBM bersubsidi relatif berpengaruh besar terhadap usaha perbatikan," katanya.

Menurut dia, naiknya harga BBM bersubsidi kini juga telah diikuti dengan kenaikan harga bahan baku batik, seperti kain dan obat batik hingga 10 persen. "Kain sutra semula Rp100 ribu per meter kini naik sekitar Rp110 ribu/ meter. Oleh karena itu, kami harus pandai berupaya bagaimana usaha kerajinan batik ini bisa tetap bertahan di tengah menurunya daya beli masyarakat," katanya.

Beban usaha perajin batik agar bisa tetap bertahan, kata dia, tidak hanya karena dihadapkan persoalan adanya kenaikan harga bahan baku kain, obat batik, dan BBM saja melainkan juga naiknya tarif dasar listrik, pajak, serta upah pekerja. "Biaya operasional batik kian banyak dan membengkak tetapi daya beli masyarakat menurun. Hal inilah yang harus dihadapi perajin batik bagaimana agar usahanya tetap bertahan," katanya.

Menurut dia, untuk mengatasi persoalan yang dihadapi pelaku usaha batik, pemerintah perlu memberikan konpensasi pada dunia perbatikan agar kestabilan usaha mereka tetap terjaga. "Kompensasi itu bisa berupa subsidi bahan baku. Kami berharap pada pemerintah mampu mengatasi persoalan yang sedang dihadapi pelaku usaha batik," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement