Rabu 03 Dec 2014 20:20 WIB

Pemerintah Akan Turunkan Pajak Angkutan Umum

Angkutan umum
Foto: The Jakarta Post
Angkutan umum

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah, melalui Kementerian Dalam Negeri, akan mengeluarkan kebijakan memberikan insentif fiskal berupa penurunan dan keringanan pajak angkutan umum orang dan barang yang besarannya menyesuaikan kapasitas fiskal di setiap daerah.

Direktur Jenderal Keuangan Daerah Kementeran Dalam Negeri, Reydonnizar Moenek, di Jakarta, Rabu, menyatakan, hal itu adalah kompensasi kebijakan pengalihan subsidi BBM ke sektor-sektor produktif. Organda telah menyurati pemerintah tentang penurunan pajak kendaraan angkutan umum.

Insentif yang diberikan, antara lain keringanan pajak kendaraan bermotor dan biaya balik nama kendaraan bermotor khusus plat kuning atau angkutan umum, baik orang maupun barang.

Besaran persentase penurunan pajak tersebut bervariasi tergantung tingkat kapasitas fiskal di masing-masing daerah. Bagi daerah yang kapasitas fiskalnya tinggi, lanjut Donny, tentu akan mendapatkan keringanan yang besar pula.

"Untuk lebih rincinya sedang kami rumuskan bersama antara Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perhubungan, pemerintah daerah, dan Organda. Yang jelas untuk daerah yang kapasitas fiskalnya tinggi seperti DKI Jakarta dan Kalimantan Timur maka pengurangan pajaknya juga besar," kata Moenoek.

Pemberian keringanan pajak tersebut terbagi menjadi empat kategori kapasitas fiskal daerah, yakni sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

Untuk daerah dengan kapasitas fiskal sangat tinggi akan mendapat keringanan pajak sebesar 65 persen, sedangkan daerah dengan persentase fiskal tinggi memperoleh 60 persen, kategori kapasitas sedang mendapat penurunan 55 persen dan daerah yang fiskalnya rendah keringanannya 50 persen.

"Kalau nanti itu sudah disepakati, maka payung hukumnya akan berupa Peraturan Menteri Dalam Negeri dan bisa berlaku mulai 1 Januari 2015. Jadi, ini merupakan langkah kebijakan menteri dalam negeri untuk mendukung kebijakan presiden," ujar dia.

Namun, keringanan pajak kendaraan angkutan umum tersebut belum serta merta merta menurunkan tarif angkutan umum setelah kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.

Donny menjelaskan mengenai tarif angkutan umum menjadi kewenangan Menteri Perhubungan, sedangkan kebijakan keringanan pajak kendaraan tersebut diberikan untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga suku cadang kendaraan umum.

Berdasarkan Peta Kapasitas Fiskal Tingkat Provinsi milik Kementerian Keuangan, daerah dengan kapasitas tinggi ada delapan provinsi yakni Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Bali, Maluku Utara, Kepulauan Riau dan Papua Barat.

Sedangkan daerah dengan kategori sedang ada enam provinsi yaitu Aceh, Jambi, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Papua, dan Banten; sementara sisanya masuk dalam kategori kapasitas fiskal rendah.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement