Rabu 03 Dec 2014 11:18 WIB

LIPI: Iptek Nasional Stagnan

Rep: c 87/ Red: Indah Wulandari
Peneliti Indonesia. Ilustrasi.
Foto: Antarafoto
Peneliti Indonesia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengakui, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) mengalami stagnansi selama lima tahun terakhir.

Kondisi tersebut dilihat dari perkembangan ekonomi dan intensitas teknologi, belanja litbang nasional, sumber daya Iptek dan luaran Iptek.

“Iptek nasional Indonesia bergerak melambat dan dapat dikatakan mengalamistagnasi,” kata Kepala LIPI Iskandar Zulkarnaen, Rabu (3/12).

Indikasinya terlihat dari peningkatan rasio belanja litbang nasional (GERD) terhadap pendapat bruto nasional di tahun 2013 hanya 0,01 persen dari tahun sebelumnya. Saat ini nilai rasio Indonesia hanya 0,09 persen.

"Nilai ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya seperti Malaysia 1 persen pada 2012, Thailand 0,25 persen pada 2012, atau bahkan Singapura 2,1 persen," jelasnya.

Kepala Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) LIPI, Trina Fizzanty menambahkan, pada dasarnya jumlah publikasi ilmiah Indonesia mengalami peningkatan. Namun, masih tertinggal dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand.

“Selama periode 2001-2013, Singapura dan Malaysia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, sedangkan Indonesia hanya mengalami peningkatan yang relatif kecil,” imbuhnya.

Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, juga menyoroti masih rendahnya rasio peneliti per 10 ribu angkatan kerja di tahun 2012 adalah 7,25.

Meskipun angka tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2009 yakni 3,60. Angka itu masih jauh dibandingkan dengan Malaysia 16,43 atau Singapura 64,38.

Menristekdikti juga melihat sektor Perguruan Tinggi memiliki rata-rata belanja litbang per peneliti terendah dibandingkan dengan sektor pemerintah dan swasta. Satu peneliti di Perguruan Tinggi hanya mendapat sekitar Rp 87.833.580 /tahun.

"Keadaan ini mengindikasikan bahwa peningkatan dana pendidikan 20 persen dari APBN belum memprioritaskan pada kegiatan penelitian dan pengembangan," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement