Selasa 02 Dec 2014 08:12 WIB

Tata Permukiman Kumuh, Pemerintah Harus Punya Pilot Project

Rep: C78/ Red: Winda Destiana Putri
Proyek rumah susun sederhana sewa/rusunawa (ilustrasi)
Proyek rumah susun sederhana sewa/rusunawa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memindahkan masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh ke rumah susun bukanlah hal sederhana. Setidaknya selain melakukan rekayasa sosial, pemerintah juga mesti menetapkan pilot project sebagai contoh keberhasilan pemindahan tersebut.

Sebab, masyarakat tak mau dijadikan kelinci percobaan. Lagi pula, masyarakat butuh beradaptasi dengan rumah vertikal setelah terbiasa di rumah tapak.

"Selama tidak pernah punya contoh kawasan yang berhasil ditata, jagnan harap bisa mengajak yang lainnya ikut pindah dari kawasan kumuh," kata Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga beberapa waktu lalu. 

Dalam menetapkan kawasan percontohan, pemerintah mesti memilah yang potensi resistensinya paling rendah. Maka ketika berhasil, lantas masyarakat melihat bukti bahwa pemindahan akan membuat hidup mereka lebih baik, maka tanpa diminta pun, mereka akan pindah dengan sendirinya.

Di samping membuat pilot project yang berhasil, pemerintah juga harus bersinergi dengan masyarakat komunitas dan CSR.

"Karena program ini harus berkelanjutan, mandiri dan beragam," tuturnya. Pemerintah, lanjut Joga, tidak mungkin menata sendirian kawasan kumuh dengan dana terbatas.

Mandiri, sebab pemerintah mesti memosisikan diri sebagai simultan. Jika akan membuat enam tower untuk relokasi pemukiman kumuh, misalnya. Seharusnya pemerintah pusat hanya mengelola dua tower saja. sisanya dikerjakan pemerintah daerah.

Beragam, sebab kawasan kumuh yagn sudah ditata ulang atau direlokasi harus jadi rusun kreatif yang menghasilkan pergerakan ekonomi. Akan lebih baik lagi jika kegiatan produktif masyarakat disertai laporan kerja. Misalnya warga yang tadinya bekerja sebagai pemulung. Setelah pindah ke rusun, ia tak lantas kehilangan pekerjaannya.

Sebab di rusun, ia dapat menjadi koordinator pengumpul sampah untuk seluruh area rusun. Dengan begitu, ia tetap menjadi pemulung, bahkan sistem kerjanya lebih mudah karena ia tak perlu mencari barang yang dibuang warga keliling kota, tapi cukup di area rusun saja.

Atau bagi tukang cuci kiloan misalnya. Setelah pindah ke rusun, tidak perlu lagi ia keliling mengambil dan mengantar cucian. Dengan bantuan pemerintah, ia berpeluang mengembangkan usaha cuci di rusun. "Jadi image pindah itu meningkat kesejahteraan dan ekonominaya bukan malah tambah sengsara," tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement