Jumat 28 Nov 2014 00:44 WIB

Nurul Arifin: Golkar Alami 'Devide et Impera'

Rep: Agus Raharjo/ Red: Julkifli Marbun
Nurul Arifin
Foto: MgROL29
Nurul Arifin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Golkar saat ini sedang menghadapi persoalan pelik di internal partainya. Partai berlambang pohon beringin ini terpecah menjadi dua kubu yang tak mau mengalah.

Di satu kubu, Aburizal Bakrie (Ical) ketua umum masih dengan gerbongnya seperti Idrus Marham, Fadel Muhammad. Di kubu lain, berdiri Agung Laksono dengan tokoh-tokoh muda Golkar seperti Priyo Budi Santoso.

Kondisi ini membuat Golkar seperti sedang diadu domba. Politik 'Devide et impera' yang efektif untuk membuat Indonesia tetap dibawah penjajahan Belanda.

"Semoga senior terketuk hatinya bahwa kita sedang diadu domba, ada politik divide et impera yang dimainkan dalam tubuh Golkar," kata Wakil Sekretaris Jenderal partai Golkar, Nurul Arifin, Kamis (27/11) kemarin.

Nurul Arifin justru berharap dengan adanya konflik di internal partainya ini seluruh kader semakin kokoh. Seperti dalam teori-teori politik bahwa konflik sengaja diciptakan untuk menyolidkan internal.

"Semoga teori politik benar, bahwa ada kalanya konflik sengaja diciptakan untuk mengagregasi kepentingan masing-masing pihak dan menyolidkan partai," imbuh mantan artis ini.

Dua kubu yang saat ini berseteru saling klaim didukung oleh kader Golkar. Ketua umum Golkar, Ical bermaksud untuk kembali mencalonkan diri sebagai ketua umum.

Namun, di kubu seberang, yang dikomandoi oleh Agung Laksono dengan membentuk presidium penyelamatan partai menginginkan adanya regenerasi di tubuh partai Golkar. Kedua kubu membawa misi masing-masing.

Sebab, terpilihnya ketua umum Golkar yang baru dapat memengaruhi koalisi politik di Indonesia. Ical adalah pimpinan Koalisi Merah Putih (KMP) sedangkan Agung Laksono ingin membawa Golkar masuk pemerintahan dengan mendukung Koalisi Indonesia Hebat (KIH).

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement