Kamis 27 Nov 2014 11:35 WIB

Pengembangan Pariwisata Kabupaten Bandung Belum 'Bunyi'

Rep: C80/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kawah putih Ciwidey
Foto: fanpop.com
Kawah putih Ciwidey

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pengembangan pariwisata di Kabupaten Bandung dinilai belum digarap secara menyeluruh. Hal tersebut membuat pemkab belum secara maksimal mendapatkan PAD dari sektor pariwisata. Padahal, potensi pariwisata di Kabupaten Bandung cukup besar.

''Belum maksimal, sekarang masing berjalan sendiri -sendiri, walaupun sudah ada MoU tapi belum di-break dengan utuh. Jadi belum bunyi,'' kata Bupati Bandung Dadang Naser kepada Republika di Bandung, Kamis (27/11).

Dadang mengatakan, pengelolaan sektor pariwisata di Kabupaten Bandung haruslah menyeluruh. Tidak bersifat parsial, sehingga terkesan para pemangku tempat -tempat wisata saling bersaing dan tidak saling dukung.

''Makanya kita menuju ke depan jangan parsial. Semuanya harus saling terhubung. Tidak ada persaingan yang tidak sehat,'' jelas Dadang.

Dadang menuturkan, kenyataannya, potensi pariwisata di Bandung memang belum memenuhi harapan. Seperti, harga tiket yang tiba -tiba melonjak jauh menunjukan manajemen yang kurang bagus. Karena itu, harus ada peraturan daerah guna melakukan pengendalian harga tiket.

''Itu enggak bener, harus ada standar tiket. Tiket masuk masuk Kawah Putih (Ciwideuy) misalkan, itu harus ada perda yang mengaturnya,'' ujarnya.

Sehingga, lanjut Dadang, apabila harga tiket murah, pengunjung akan berulang -ulang datang. Ia mengatakan suatu saat, akan dibuat aturan seperti di Bali. ''Yaitu diperdakan dengan perhutani, perkebunan nusantara 8, kehutanan, semua stakeholder dan para pelaku pariwisata,'' paparnya.

Sementara itu, ketua persatuan hotel dan restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Bandung, Rudi Rustandi Donal mengatakan, potensi pariwisata di Kabupaten Bandung sendiri luar biasa, dan hal tersebut diakui di Jawa Barat.

Karena, jelas Rudi, sampai saat ini sebesar 50 persen kunjungan wisata dari Malaysia dan Singapura mengunjungi Kabupaten Bandung. Hanya saja,  masalahnya mereka lebih memilih untuk menetap di kota Bandung, begitu juga belanja.

''Kadang-kadang belanjanya juga di kota. Di sini hanya numpang minum saja, makan juga jarang,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement