REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPARNA -- Nasib guru honorer kini masih belum jelas. Dadan Erawan (32 tahun) adalah guru honorer kategori dua yang mengajar di SMPN 4 Garut. Sampai saat ini, Dadan sudah membaktikan hidupnya di bidang pendidikan selama sebelas tahun.
Meski begitu, guru yang memiliki gelar magister manajemen sistem pendidikan dari Universitas Galuh, Ciamis itu hingga kini belum juga diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tak hanya sulit menjadi PNS, kesempatan untuk mendapat sertifikasi pun belum ia dapatkan. "Ya saya rasa hampir semua guru ingin menjadi PNS," kata Dadan, Selasa (25/11).
Dadan mengaku sampai saat ini masih kesulitan mewujudkan impiannya. Upaya meningkatkan kesejahteraan melalui sertifikasi juga sulit meski ia mengajar di sekolah negeri. "Karena penuh jadi sulit mendapat jatah sertifikasi," kata Dadan.
Akan tetapi, Dadan bukan berusaha meningkatkan kesejahteraan dengan melamar ke sekolah-sekolah elit. Dadan justru melamar kerja di SMK Widya Mukti, Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya. Sekolah tersebut didirikan untuk membantu siswa yang tidak mampu untuk mendapatkan pendidikan lanjut.
Mulai pada 2012, Dadan pun mulai mengajar di SMK Widya Mukti. Dadan berharap dengan mengajar di sekolah swasta baru kesempatan untuk mendapatkan sertifikasi lebih besar. Di SMK Widya Mukti, Dadan justru harus meneruskan perjuangan mengurus sekolah tersebut dengan menjadi Kepala Sekolah pada 2013. Dadan pun memimpin 16 guru di sekolah tersebut yang bernasib tidak jauh beda dengannya.
Untuk membiayai keperluan sehari-hari, Dadan mengaku masih bisa memenuhi dengan pendapatannya meski terbatas. Dalam momen hari guru, Dadan pun tak lupa menyampaikan harapannya. "Ya saya harap pemerintah mau membantu dengan adanya sertifikasi terutama untuk seluruh guru di sini (SMK Widya Mukti)," kata Dadan.