REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Pengamat politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti menyebut buku putih penolakan kenaikan BBM yang dikeluarkan oleh PDI Perjuangan hanya sebagai alat politik. Buktinya, ketika Presiden Joko Widodo yang notabene presiden yang diusung PDIP, partai berlambang banteng itu justru berbalik arah mendukung kebijakan Jokowi yang menaikkan harga BBM sebesar Rp 2.000.
“PDIP membuat buku putih (berisi penolakan BBM di zaman SBY) itu karena posisinya saat itu masih oposisi. Sekarang ketika berada di dalam pemerintahan, mereka juga menyebut tidak ada cara lain selain menaikkan harga BBM,” kata Ray kepada Repulika Online, Jumat (21/11).
Sekarang dengan rencana pembuatan buku putih versi mendukung kenaikan BBM, PDIP dianggap hanya berupaya memperjelas posisi politiknya saat ini yang harus mendukung kebijakan pemerintah.
Bila membandingkan kenaikan BBM di era SBY dengan versi pemerintahan Jokowi saat ini, Ray tidak melihat adanya perbedaan.
“Tidak ada yang beda sebenarnya. Hanya alokasi pengalihan subsidinya saja yang beda dilakukan oleh Jokowi. Seperti yang saya katakan tadi, sikap partai itu hanya tergantung kapada posisi partai itu,” ucap Ray.
Ray yakin, PDIP maupun Jokowi tidak lagi menggubri mengenai buku putih yang lama. Pasalnya Ray menganggap alasan pembuatan buku putih tersebut tidak berdasarkan ideologi dari partai, melainkan hanya sebagai alat politik semata.