REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jakarta Barat, Ade Putra Kurniawan mengaku serba salah menyikapi kenaikan BBM. Karena berbagai komponen terpengaruh oleh kebijakan ini.
"Pastinya biaya produksi ikut naik karena menyesuaikan dengan harga BBM. Para pekerja juga meminta dinaikkan upahnya karena biaya hidup semakin tinggi," kata Ade di Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Kamis (20/11).
Ia mengatakan, kenaikan harga BBM berdampak terhadap biaya produksi. Khususnya di sektor konstruksi dan konveksi.
Apalagi seluruh karyawan kedua sektor itu adalah pekerja kasar. Dengan meningkatnya biaya hidup, para pekerja pastinya akan meminta kenaikan upah yang terjadi antara 10-20 persen.
Menurut Ade, tidak mungkin mengganti peran para pekerja kasar tersebut dengan mesin atau alat berat. Apalagi penggunaan mesin membutuhkan solar yang juga naik dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500.
"Makanya harus ada kebijakan yang tak memberatkan pengusaha muda. Karena kebanyakan pengusaha muda khususnya di Jakarta Barat bergerak di bidang usaha kecil menengah (UKM)," ujar dia.
Ade berharap, Pemprov DKI konsisten dalam menjalankan program Jakarta Sehat dan Jakarta Pintar. Adanya kartu tersebut dinilai dapat mendorong daya beli masyarakat selama harga BBM naik.