Kamis 20 Nov 2014 21:08 WIB

Ulang Tahun, Risma Dapat 'Kado' dari Wartawan

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Puluhan wartawan yang setiap harinya meliput berita di Pemkot Surabaya memberikan kejutan berupa kado sepesial ulang tahun kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang Kamis (20/11) ini, genap berusia 53 tahun.

Kado ultah spesial dari wartawan itu yakni adanya adegan yang diperankan salah satu wartawan Radar Surabaya, Wahyu, dengan berpura-pura menyamar sebagai pencuri burung derkuku yang tertangkap pihak kepolisian.

Awal mulanya ultah tersebut dirayakan dengan pemotongan kue ulang tahun di ruang kerja Wali Kota Surabaya. Selain itu, juga disiapkan dua buah tumpeng nasi kuning, bubur dan puluhan gelas es telasih untuk tamu yang hadir.

"Selamat ulang tahun ya bu semoga sehat dan panjang umur," kata salah satu wartawan perempuan sambil memberikan kado kue tart kepada orang nomor satu di Surabaya ini.

"Terima kasih atas semua perhatiannya ya. Ayo dimakan kuenya," ujar wali kota perempuan pertama di Surabaya ini sambil membagikan kue tart yang diirisnya sendiri kepada semua wartawan yang hadir.

Setelah acara makan, sejumlah wartawan memberikan kejutan yakni dengan membuat skenario ada pencuri burung di Taman Surya yang tertangkap tangan polisi dan akan diproses hukum. Namun si pencuri burung yang diperankan Wahyu dari Radar Surabaya ini ingin meminta maaf langsung kepada wali kota.

Agar skenario ini berjalan baik dan supaya tidak dikenali wali kota, Wahyu menggunakan penutup kepala (kerpus) warna hitam sehingga hanya mata dan mulutnya saja yang kelihatan. Untuk mengesankan tak dibuat-buat, Wahyu menggunakan baju warna oranye bertulisan Tahanan Polsek tegalsari, bercelana pendek serta bersandal jepit.

Wakil Polsek Genteng AKP Tri Widodo yang beberapa saat sebelumnya dimintai tolong juga bersedia untuk membawa Wahyu menghadap wali kota ke dalam ruang kerjanya.

Begitu mendapat laporan polisi bahwa laki laki yang memakai kerpus ini adalah pencuri burung dan mau minta maaf, Risma pun percaya. "Kamu bekerja sebagai apa dan rumahmu di mana," ujar wali kota dengan mimik cukup serius.

"Rumah saya di Tandes bu," ujar Wahyu sambil menekan suaranya agar berbeda dengan biasanya. "Proses hukum saja pak," sahut beberapa wartawan yang memenuhi ruangan kerja wali kota sambil menampakkan muka serius meskipun tahu bahwa laki laki berbaju oranye itu adalah rekan wartawan sendiri.

Beberapa saat kemudian Risma dapat mengenali suara Wahyu di balik kerpus hitam yang menutupinya. "Saya tahu siapa orang ini, ayo buka kerpusmu," kata Risma sambil membuka penutup kepala yang dipakai Wahyu.

Sontak sesaat kemudian, suasana di dalam ruangan menjadi gempar setelah kerpus dibuka dan wajah Wahyu bisa dikenali. Maka tawa semua yang hadir di dalam ruanganpun tak bisa dibendung.

"Aku tadi mulai curiga, kok ada wartawan yang ikut memukul Wahyu. Kan tidak boleh main hakim sendiri. Saya juga pernah mengenali suara Wahyu," ujar walikota yang tak bisa menahan tawanya.

"Terima kasih ya, ini membuat saya merasa plong dan menjadi refreshing yang luar biasa bagi saya. Selama satu bulan ini merasa capek dan jenuh," kata lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement