Kamis 20 Nov 2014 11:30 WIB
Bentrokan TNI-Polri

Pemicu Konflik TNI-Polri Dianggap karena Isu Kesejahteraan

Rep: c01/ Red: Mansyur Faqih
Pengamat Politik UGM Arie Sujito
Foto: dokpri
Pengamat Politik UGM Arie Sujito

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TNI dan Polri kembali bentrok di Batam. Sosiolog UGM Arie Sudjito menilai, kejadian itu lantaran penyelesaian konflik yang selama ini dilakukan belum berhasil.

Menurut Arie, berulangnya konflik panas antara TNI dan Polri yang terjadi di Indonesia memiliki suatu kesamaan pola. Karenanya, penyelesaian dua instansi itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan kasus per kasus. 

Karena, kata dia, konflik yang juga pernah terjadi di Sinjay, Maluku, Madiun, dan juga Papua memiliki suatu kesamaan pola. "Ini soal-soal yang mustinya dievaluasi. Jangan sampai sekedar damai, nanti muncul lagi masalah," jelas Arie, Kamis (20/11).

Menurut Arie, penyelesaian konflik dengan pendekatan kasuistik yang selama ini dilakukan oleh para petinggi angkatan tidak efektif. Tidak cukup pula jika hanya sekadar membentuk tim untuk investigasi lalu menghukum aparat yang terlibat. 

Arie melihat, inti masalah konflik ini bukan hanya sekedar emosi yang sesaat. Namun, ada masalah situasi yang disebabkan oleh kesenjangan antarantasan dan bawahan. "Tapi selama ini kan cuma dihukum, lalu nanti muncul lagi," lanjut Arie.

Karenanya, ia menilai, masalah konflik TNI-Polri tidak hanya semata kasus perkelahian saja. Karena emosi di jalanan hanya sekedar pemicu saja, bukan akar masalah.

Arie menilai salah satu yang menjadi pemicu ialah masalah kesejahteraan para anggota di lini bawah. Jadi, perlu dilakukan pendekatan kesejahteraan. "Selain itu, penataan kelembagaan, dan kemudian penegakan hukum," terang Arie.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement