REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memukul kehidupan masyarakat terutama masyarakat lapis bawah karena dampak yang ditimbulkan kenaikan harga tersebut, kata Bendahara Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas.
"Kalau mempergunakan pendekatan harga maka kenaikan harga BBM jelas sangat pantas, karena harga premium idealnya di kisaran Rp10.000 per liter," ujar Anwar Abbas, di Jakarta, Rabu (19/11). Sementara di Tanah Air, sebelum kenaikan harga premium hanya Rp6.500. Jadi kenaikan harga BBM menjadi Rp8.500 adalah wajar.
"Tapi kalau melihat dampaknya terhadap harga barang-barang dan jasa lainnya secara keseluruhan, maka tentu kenaikan harga premium akan memicu naiknya harga kebutuhan pokok dan transportasi. Dan itu jelas sangat memukul kehidupan ekonomi masyarakat terutama masyarakat lapis bawah," papar dia.
Oleh karena itu, semestinya pemerintah kalau alasannya ingin mengurangi beban anggaran pemerintah untuk subsidi, pemerintah bisa melakukan cara lain misalnya dengan menutupi kebocoran anggaran, melakukan renegosiasi terhadap kontrak-kontrak migas yang ada, meningkatkan pendapatan dari pajak yang selama ini belum efektif sehingga dengan demikian besaran pendapatan pemerintah meningkat meskipun subsidi besar.
"Subsidi tidak masalah karena dana pemerintah dengan pendapatannya yang baru meningkat," tambah dia.
Sehingga keinginan Presiden Joko Widodo untuk membangun infrastruktur juga tidak terkendala. "Mungkin akan sangat bagus, jika Presiden Joko Widodo mengajak Prabowo-Hatta untuk duduk bersama membangun bangsa," usul dia.
Ia melihat, jika negeri ini mau maju maka pembangunan tidak hanya dilakukan oleh yang menang Pilpres saja, tetapi semua pihak.