Selasa 18 Nov 2014 16:50 WIB

Mahasiswa Desak Jokowi Turunkan Tiga Menteri 'Mafia Migas'

Rep: C07/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Aksi menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi/ca
Aksi menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

REPUBLIKA.CO.ID,  GAMBIR - Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Hizbut Tahrir, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Persatuan Mahasiswa Merah Putih (PMMP) lakukan aksi unjuk rasa penolakan Bahan Bakar Minyak (BBM) di depan Istana Negara, Jalan Merdeka Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (18/11).

Dalam aksinya  tersebut, para pendemo dari KAMMI mendesak Jokowi-JK harus segera menurunkan tiga menteri di kabinetnya yang menurut para pengunjuk rasa merupakan mafia migas.

Koordinator Lapangan KAMMI Nasional, Rino mengatakan KAMMI meminta Tritura kepada Jokowi-JK. Isi Tritura tersebut adalah menolak dan meminta dibatalkannya kenaikan harga BBM, mencopot menteri yang menjadi mafia migas yang menurut mereka merupakan antek neolib. 

"KAMMI memaksa Presiden Jokowi dan Wapres JK untuk membatalkan kenaikan harga BBM, ini menambah miskin rakyat saja," ujar Rino saat melakukan orasi di depan Istana Negara, Jalan Merdeka Utara, Gambir, Jakpus, Selasa (18/11).

Lalu, lanjut Rino, KAMMI juga minta supaya menteri-menteri mafia migas segera dicopot. Adapun ketiga menteri yang merek sebut adalah Sudirman Said yang saat ini menjabat Menteri ESDM, kemudian Rini Sumarmo Menteri BUMN dan Sofyan Djalil yang menjabat sebagai Menko Perekonomian.

Terakhir, tuntan KAMMI dalam aksi unjuk rasa itu adalah agar harga sembako segera diturunkan. "Sebelum BBM naik saja harganya sudah tinggi, sekarang harga BBM naik harga semakin tinggi," seru Rino.

Dalam orasinya, Rino juga menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara penghasil migas terbesar di dunia. Indonesia seharusnya dapat mengeksplorasi  60 persen -70 persen dari total konsumsi BBM dalam Negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement