REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masalah pengklaiman desa-desa oleh Malaysia yang terjadi di perbatasan Indonesia-Malaysia kembali mencuat di Kalimantan Timur. Terkait masalah ini, beberapa pihak menilai Malaysia kurang memberikan rasa hormat kepada Indonesia.
“Seharusnya Malaysia menghormati dan menghargai Indonesia,” kata Pengamat Politik Indonesia Lely Arrianie pada Senin (17/11) kepada Republika.
Lely Arrianie mengatakan, sepertinya Malaysia sedang dalam rangka memperluas wilayah negaranya. Untuk itu, kata Lely, banyak desa-desa kecil di perbatasan Indonesia diambil oleh mereka. Lely menilai, ketidakprihatinan pemerintah terhadap masyarakat perbatasan menjadi peluang bagi pemerintah Malaysia.
Berkaitan dengan masalah ini, Lely meminta pemerintah untuk bertindak cepat. Menurutnya, pemerintah perlu melakukan banyak cara. Cara ini bisa dimulai dengan rapat antar pemerintah pusat dan daerah untuk mencari jalan keluar.
“Setelah itu, lakukan komunikasi internasional dengan Malaysia,” ungkapnya. Pemerintah usahakan diskusi dan menegur tindakan yang telah dilakukan Malaysia tersebut. Menurutnya, Indonesia perlu menunjukkan kekuatannya.
Lely memaparkan, Indonesia perlu menegaskan hak-hak Indonesia di perbatasan terutama desa-desa kecil yang berada di tempat tersebut. Lely juga meminta agar pemerintah tidak terus menerus diperbudak oleh Malaysia.
“Sudah banyak pengklaiman milik Indonesia yang dilakukan oleh Malaysia,” tegasnya. Lely mencontohkan seperti lagu-lagu, tarian, termasuk pengklaiman desa-desa di perbatasan.