Rabu 12 Nov 2014 16:30 WIB

Dorong Neraca Pedagangan, Rusia Siapkan Proyek Besar di Indonesia

Rep: Niken Paramita Wulandari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Indonesia Rusia
Indonesia Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Rusia menargetkan neraca perdagangan bilateral Indonesia dan Rusia sebesar Rp 60 Triliun atau lima miliar dollar AS di tahun 2015 mendatang. Sejumlah proyek besar dibidang strategis dikatakan Ketua Dewan Federasi Rusia, Valentina Matviyenko, sudah disiapkan Rusia untuk medorong ini.

Kerjasama ini mencakup adalah pembangunan infrastruktur perhubungan, pengolahan sumber daya alam, dan produksi bersama barang-barang industri modern. Diantara beberapa kerja sama tersebut sudah disepakati antara Rusia dan Indonesia yang diwakili oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Rabu (12/11).

Yakni penandatangan MoU proyek pembangunan jalur kereta api pengangkut batu baru di Kalimantan, pembangunan smelter alumina oleh Russian Aluminium (RusAl), pembangunan pabrik perakitan truk oleh Kamaz, dan menambah pasokan pesawat penumpang jarak menengah Sukhoi SuperJet 100.

Dikesempatan ini, Matviyenko juga menyatakan ketertarikannya untuk menggarap sektor kemaritiman sesuai dengan gagasan pembangunan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, visi poros maritim membuka peluang kerja sama bagi Rusia yang lebih luas.

"Peningkatan profil Indonesia dibidang kemaritiman di kawasan memberi peluang tambahan kerja sama di industri pembuatan kapal, termasuk pasokan kapal-kapal bernotase rendah dan sedang, pembangunan ekonomi kemaritiman, infrastruktur pelabuhan dan angkatan laut," kata Matviyenko.

Sementara melanjuti kerja sama antar provinsi kedua negara, Matviyenko juga menyatakan siap memberi peluang kerja sama sister city bersama 30 subyek federasi Rusia termasuk Moskow, St. Petersburg, Bashkortastan, Tatarstan, dan daerah di Siberia dan Timur Jauh. Sebelumnya Indonesia dan Rusia sudah menandatangi kesepakatan sister city antara DIY Yogyakarta dan St. Petersburg.

"Saya bisa katakan bahwa ada beberapa contoh dimana kerja sama antar daerah dan perbatasan mengisi sampai 80 persen perdagangan Rusia, khususnya dengan negara tetangga. Kami yakin perlu memberi dorongan bermacam-macam pada kerja sama tersebut," tambah Matviyenko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement