REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sektor pertanian di seluruh Indonesia, termasuk Bali terus mengalami penurunan pertumbuhan. Di Bali, tren penurunan ini sudah bertahan lebih dari tiga dekade terakhir. Profesor Pertanian Universitas Udayana, I Wahan Windia mengatakan gaji kaum petani di Bali bahkan sepadan dengan gaji pengemis.
Windia memaparkan, petani-petani di Bali tidak beruntung jika mereka menanam padi seluas satu hektare (ha), namun hanya mendapatkan keuntungan Rp 13 juta setelah empat bulan di masa panen. Itu artinya, mereka hanya bergaji tiga juta rupiah per bulan untuk arel seluas satu ha.
"Itu sama saja dengan penghasilan pengemis yang tak butuh lahan. Pengemis di Bali saja bisa dapat uang tunai Rp 100 ribu sehari," ujar Windia kepada Republika, Rabu (12/11).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menunjukkan sektor pertanian di Bali tumbuh paling rendah, yaitu hanya 0,03 persen pada triwulan III 2014. Pertumbuhan ini relatif kecil sekali, meskipun pada triwulan III 2013, pertumbuhan sektor pertanian di Bali sempat minus (-0,77 persen).
Menurut Windia, petani-petani di Indonesia kini menjadi apatis sehingga lebih memilih menjual lahan pertanian mereka dibandingkan tetap bertanam padi. Pasalnya, masih banyak petani di Indonesia yang hidupnya di bawah garis kemiskinan.