REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bukan jalan satu-satunya untuk menyelamatkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Ekononom Rizal Ramli mengungkapkan ada jalan tengah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah subsidi BBM yang dianggap membelit APBN.
Mantan Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini memberikan usulan berupa subsidi silang dan menciptakan BBM rakyat. Dengan cara ini menurut Rizal pemerintah bukan hanya menyelamatkan rakyat dari kemiskinan tapi juga mendapatkan keuntungan.
"Kami meminta dukungan kepada DPD, ini alternatif yang jauh lebih cerdas dibandingkan sekedar menaikkan," ujar Rizal.
Mekanisme subsidi silang dilakukan dengan menurunkan kualitas BBM jenis Premium dari oktan 88 menjadi oktan 80-83 tanpa menaikkan harga premium menjadi BBM rakyat. Dan menaikkan harga BBM jenis Pertamax dari Rp 11.000 menjadi Rp 13.000 (Pertamax) dan Rp 15.000 (Pertamax Plus).
Secara teknis berkaitan dengan kualitas dan ketukan (knocking) di mesin. Semakin rendah nilai oktan menghasilkan lebih banyak ketukan. Sementara knocking menyebabkan mesin cepat rusak. Yang berarti semakin sering menenggak BBM berkotan rendah akan cepat membuat mobil rusak.
Dengan asumsi ini, Rizal meyakini tak akan ada lagi pemilik mobil yang rela membuat mesin kendaraannya rusak karena membeli BBM kualitas rendah. Pemilik kendaraan secara dengan sendirinya akan beralih ke Pertamax atau Pertamax Plus.
"Kita hapuskan premium, oktannya ketinggian. Kita bikin produk baru yang oktannya 83 yang hanya akan dinikmati oleh 86 juta pengendara sepeda motor, 3 juta angkot dan dua juta nelayan. Ada prinsip subsidi silang," kata Rizal.