REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Penerapan sistem tilang eletronik di Jakarta ditanggapi pengendara sebagai sistim pemanjaan lalu lintas. Menurut Gatot (45) pelanggaran lalu lintas kerap terjadi karena jalur di Jakarta sangat rumit. Sehingga pengendara akan memilih cara cepat untuk sampai ke tempat tujuan, walaupun harus melanggar aturan lalu lintas.
Supir Kopaja jurusan Blok M menuju Mampang ini mengatakan, Direktorat Lalu lintas (Ditlantas) harusnya membuatkan cara yang lebih efisien untuk penghematan waktu bagi pengendara.
Sistem tilang elektronik ini diakui Gatot memang akan berjalan lancar. Sebab setiap pengendara tentu takut untuk bertindak sembrono di jalanan. “Maunya main tilang saja,” imbuh Gatot
Begitupun dengan karyawan swasta Iyan (31), penerapan sistem tilang elektronik memang bagus diterapkan di Ibukota. Sebab memang banyak pengendara yang sering masuk jalur busway dan menerobos lampu merah. Tapi, sistem ini sangat memanjakan polisi di lapangan dan memperlambat pengendara untuk bekerja.
Iyan mengatakan, pengendara tidak akan melanggar aturan lalu lintas jika tidak terburu-buru. Begitupun dengan angkutan umum lainnya seperti kopaja dan metromini. Mereka tidak akan melewati jalur busway ketika penumpang tidak meminta supir untuk cepat. Sistem tilang eletronik ini bagi Iyan hanya akan menambah kasus pelanggaran lalu lintas di Jakarta. Iyan menyarankan Ditlantas agar membuat aturan baru agar pengendara bisa menuju tempat tujuan dengan lancar.
“Sitim tilang elektronik itu belum menjadi solusi bagi pengendara,” ujarnya
Pengendara lainnya yang sempat di tilang di Jalan Rasuna Said Wartanti (40) menceritakan saya baru saja di tilang karena tidak memakai safety belt. Sekarang adalagi kabar tentang tilang elektronik. Ini hanya membuat pengendara yang sibuk seperti saya dapat banyak masalah di jalanan.
Wartanti mengatakan, ditlantas jangan memikirkan bagaimana bisa bekerja lebih cepat dan lebih efisien. Ditlantas sebagai pelayan pengendara di jalanan harusnya juga memikirkan penyebab masyarakat melanggar lalu lintas.
“Sudah sering di jalanan kok belum ngerti masalahnya,” sebut Wartanti.