Senin 10 Nov 2014 12:40 WIB
Tokoh Islam melawan penjajah

Abdul Wahab Hasbullah, Sang Pejuang Pemikir (bagian 1)

Rep: c01/ Red: Joko Sadewo
KH Abdul Wahab Hasbullah.
Foto: Blogspot.com
KH Abdul Wahab Hasbullah.

REPUBLIKA.CO.ID, Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari peran tokoh-tokoh Islam. Mereka bergerak dan mengambil peran penting dalam mendorong perlawanan terhadap penjajah dan merebut kemerdekaan.

Tokoh-tokoh keagamaan seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga turut mengerahkan para santri dan masyarakat sipil yang kala itu lebih patuh pada para kyai dibanding pemerintah sebagai milisi perlawanan. Perlawanan rakyat Indonesia yang semula spontan dan tidak terkoordinasi ini pun makin hari menjadi teratur.

Berikut Republika Online (ROL) akan mengupas sedikit tentang siapa mereka dan bagaimana peran mereka dalam kemerdekaan Republik Indonesia.

 

Abdul Wahab Hasbullah, Sang Pejuang Pemikir

Kyai Haji Abdul Wahab Hasbullah yang lahir di Jombang pada 31 Maret 1888 merupakan pendiri Nahdatul Ulama. Ayahnya, KH Hasbulloh Said, merupakan pengasuh Pesantren Tambakberas di Jombang, Jawa Timur, sedangkan ibunya bernama Nyai Latifah. Gelarnya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia baru disematkan pada 7 November 2014 oleh Presiden Joko Widodo.

Sosok Abdul Wahab Hasbullah juga dikenal sebagai pelopor dalam membuka forum diskusi antar ulama, baik dari lingkungan NU, Muhammadiyah, hingga organisasi lainnya. Ia mengenyam pendidikan di berbagai pesantren seperti Pesantren Mojisari di Nganjuk, Pesantren Tawangsari Sepanjang, hingga Pesantren Tebuireng di Jombang. Tak berhenti di situ, Abdul Wahab Hasbullah melanjutkan pendidikan hingga ke Makkah untuk berguru pada Syaikh Mahfudz at-Tirmasi dan Syaikh Al-Yamani dan mendapatkan hasil nilai yang istimewa.

Sepulangnya dari Mekah pada 1914, Abdul Wahab Hasbullah kembali mengasuh pesantrennya di Tambakberas. Selain mengasuh pesantren, Abdul Wahab Hasbullah juga aktif dalam melakukan pergerakan nasional karena tidak tega melihat kondisi bangsa yang mengalami kemerosotan hidup, baik dari segi ekonomi, pendidikan, maupun kemerdekaan karena penindasan dari para penjajah.

Dalam mengatasi permasalahan bangsa ini, Abdul Wahab Hasbullah mendirikan organisasi pemuda Islam bernama Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri) pada 1916. Untuk memperkuat pergerakan ini, Abdul Wahab Hasbullah juga mendirikan Nahdlatul Tujjar (Kebangkitan Saudagar) yang berfungsi sebagai pusat penggalangan dana bagi perjuangan pengembangan Islam serta kemerdekaan Indonesia pada 1918. Organisasi ini dipimpin oleh Hasyim Asy’ari, sedangkan Abdul Wahab Hasbullah menjabat sebagai sekretaris sekaligus bendahara.

Karena permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia semakin pelik, Abdul Wahab Hasbullah lalu membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran) di Surabaya pada 1919. Pada awalnya, kelompok ini hanya mengadakan kegiatan untuk kalangan terbatas saja, akan tetapi kebebasan berpikir dan berpendapat yang diterapkan dalam pembicaraan topik-topik di kelompok ini ternyata dapat menjangkau masyarakat lebih luas.

sumber : Berbagai sumber
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement