Senin 10 Nov 2014 09:06 WIB
Tokoh Islam melawan penjajah

Bung Tomo Dipenjarakan Suharto (bagian 2)

Rep: c01/ Red: Joko Sadewo
Bung Tomo
Foto: letaba346.blogspot.com
Bung Tomo

REPUBLIKA.CO.ID, Pada 1950-an, Sutomo sempat menekuni dunia perpolitikan. Sejumlah posisi menteri dan pejabat negara pernah ia jalani. Di antaranya, Sutomo pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Setelahnya, pada 1956-1959, Sutomo juga tercatat sebagai anggota DPR yang mewakili Partai Rakyat Indonesia. Akan tetapi, karena Sutomo tidak merasa bahagia, ia memutuskan untuk meninggalkan perannya dalam panggung politik.

Menghilangnya Sutomo dalam panggung politik hanya sementara saja. Di akhir pemerintahan Soekarno dan di awal pemerintahan Suharto, Sutomo kembali muncul di tengah publik sebagai seorang tokoh nasional. Sekitar 1970-an, Sutomo mulai vokal terhadap program-program Suharto.

Kevokalan Sutomo ini membuat pemerintah Indonesia kala itu khawatir pada kritik-kritik kerasnya. Kekhawatiran pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Suharto ini berujung pada penahanan Sutomo tanggal 11 April 1978.

Satu tahun kemudian, Sutomo baru kembali dibebaskan. Meskipun semangatnya masih tetap berkobar, Sutomo memutuskan untuk tak lagi bersifat vokal. Meski tak lagi bersikap vokal terhadap pemerintahan, Sutomo tetap menunjukkan minatnya pada permasalahan politik tanpa pernah mengangkat-angkat perannya dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia.

Sosok yang dekat dengan keluarga dan anak-anaknya ini juga tidak pernah berhenti untuk memberikan pendidikan yang baik pada kelima anaknya agar mereka dapat berhasil dalam hidupnya. Selain pekerja keras, sosok Sutomo juga bersahaja. Meskipun ia diketahui sebagai sosok yang sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, Sutomo tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama.

Sutomo wafat pada 7 Oktober 1981 di Padang Arafah, Arab Saudi, saat menjalankan ibadah haji. Jenazah Sutomo tidak dimakamkan di tanah suci sebagaimana tradisi yang biasa dilakukan pada para jemaah yang wafat saat ibadah haji. Jenazah Sutomo dipulangkan kembali ke tanah air dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya, bukan di Taman Makam Pahlawan.

Pada tanggal 9 November 2007, Gerakan Pemuda (GP) dan Fraksi Partai Golkar (FOG) mendesak pemerintah untuk menganugerahi gelar pahlawan kepada Sutomo. Gelar pahlawan baru disematkan pada Sutomo setahun setelahnya, tepatnya pada Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.

sumber : wikipedia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement