Kamis 06 Nov 2014 15:10 WIB

Rencana Kenaikan BBM Membuat Sopir Angkot Cemas

Rep: C16/ Red: Bayu Hermawan
Petugas menindak sebuah Angkutan umum yang melintas di jalur Transjakarta di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Senin (22/9).(Republika/Rakhmawaty La'lang)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Petugas menindak sebuah Angkutan umum yang melintas di jalur Transjakarta di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Senin (22/9).(Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain berdampak pada kebutuhan pokok sehari-hari, kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) diprediksi akan memberi dampak langsung terhadap transportasi umum. Kenaikan BBM akan menyebabkan kenaikan ongkos atau tarif angkutan umum.

Sopir KWK 01 jurusan Blok M-Pondok Labu Aswandi  menjelaskan, kenaikan harga bensin akan membuat biaya operasional meningkat dan uang setoran naik, (31/10). Selain itu, Kenaikan BBM juga akan membuat layanan angkutan umum di Jakarta semakin buruk.

Hal senada disampaikan sopir metromini 610, Syafrudin, mengatakan dia akan memilih lebih banyak ngetem daripada jalan untuk menghemat bahan bakar.

Seperti halnya pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kenaikan BBM juga berdampak dapa kenaikan tarif angkutan. Sehingga membuat bingung para sopir angkot dan para penumpang.

Pasca kenaikan tarif Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Oktober 2005 di Bandung, tarif yang seharusnya naik hanya 20 persen dari tarif lama ternyata melonjak hingga 50-70 persen. Menurut salah satu penumpang angkot jurusan Cicaheum-Cileunyi, Erni Marniani (23 tahun), tarif yang ditetapkan sopir hampir 100 persen.

Sementara itu salah satu supir jurusan Cicaheum-Cileunyi, Asep mengaku tidak enak menaikkan harga terlalu tinggi untuk penumpang. Namun, ia tidak bisa berbuat apapun, karena kenaikan 20 persen tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

"Kalau naiknya 20 persen, cukup untuk apa?'' ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement