REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI SELATAN -- Tertangkapnya satu kontainer truk berisi daging celeng pada Ahad (2/11) pagi di Tambun, Kabupaten Bekasi, telah menimbulkan keprihatinan berbagai pihak. Masyarakat, terutama mereka yang Muslim, pun diimbau waspada dan lebih berhati-hati ketika membeli daging di pasar-pasar tradisional.
Kepala Seksi (Kasie) Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Perekonomian Rakyat (Dispera), drh. Satia Sriwijayanti A, menjelaskan ada beberapa cara membedakan daging sapi dengan daging celeng. Salah satunya dengan memperhatikan ciri warna dan aromanya.
"Menurut teori warna, daging sapi lebih terang dibanding celeng. Aroma dagingnya juga berbeda," ungkap Satia, Rabu (5/11) sore.
Ia juga menyebutkan perlunya melihat kondisi fisik daging sebelum membeli. Terutama daging yang sudah dibekukan. "Secara umum, daging oplosan lebih basah dari daging sapi karena telah disimpan beku," tutur Satia saat dihubungi Republika, Rabu sore (5/11).
Tidak hanya itu, ia juga mengimbau pembeli lebih berhati-hati saat membeli daging di pedagang kecil. Menurutnya, pedagang yang menjual daging oplosan biasanya pedagang kecil. Saat menjualnya, pedagang biasanya mencampur dalam kumpulan daging yang sudah dipotong kecil-kecil.
Satia pun menegaskan Kota bekasi telah menguji beberapa sampel makanan, namun hingga kini belum ditemukan adanya daging oplosan. Satia menyatakan umumnya konsumen daging Celeng di kota Bekasi adalah pemilik dan konsumen Lapo.