REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terkait masalah kebijakan kenaikan Bahan Bakar Minyak oleh pemerintah, Wakil Presiden Jusuf Kalla dinilai lebih agresif dalam mengeluarkan pernyataan dibandingkan dengan Presiden Joko Widodo.
Lain halnya dengan Presiden Jokowi. Selama ini saat ditanyai media, presiden ke-7 Indonesia ini terkesan lebih kalem dalam menanggapi kabar perihal kebijakan pencabutan subsidi BBM tersebut.
Pengamat politik Dodi Ambardi menilai perbedaan sikap antara pasangan pemimpin tersebut bukanlah karena mereka tidak satu suara. Melainkan, ia menegaskan, karena mereka meliki ciri khas gaya kepemimpinan yang berbeda.
"pada dasarnya itu masalah gaya kepemimpinan saja" ujar Dodi Ambardi saat dihubungi Republika, Rabu (5/11). Ia menambahkan Presiden Jokowi lebih hati-hati dalam menyampaikan sesuatu. Apalagi kabar ini masih dalam tahap perumusan strategi.
Dodi mencontohkan gaya kepemimpinan yang sama saat Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur Jakarta bersama wakilnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. "waktu memimpin Jakarta Ahok lebih lugas ketimbang Jokowi saat berbicara" jelas Dodi.
Sebelumnya, politikus PDIP Effendi Simbolon menuding JK terlalu semangat menaikkan BBM, tidak seperti Jokowi. JK telah lebih dulu menyatakan perihal kenaikan BBM yang katanya ditetapkan pada November tahun ini. Sedangkan, dari Presiden Jokowi tidak ada pernyataan pasti mengenai tarif dan waktu BBM akan dinaikkan.