Senin 03 Nov 2014 22:39 WIB

Dualisme DPR Pertontonkan Kelakuan Legislator yang Rugikan Masyarakat

Rep: Antara/ Red: Indah Wulandari
Sidang Paripurna DPR RI
Sidang Paripurna DPR RI

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kelompok Cipayung Plus yang terdiri HMI, PMKRI, GMKI, GMNI, IMM, dan Hikmah Budhi menyesalkan dualisme pimpinan DPR yang muncul akibat persaingan partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih dan Koalisi Indonesia Hebat.

"Kompetisi yang tidak sehat ini jelas mempertontonkan kelakuan anggota DPR kita sebenarnya. Ini yang disesalkan karena akan semakin merugikan dan membingungkan masyarakat," kata Ketua PB HMI Arief Rosyid Hasan, Senin (3/11).

Menurutnya, kompetisi itu tentu tidak akan memenangkan siapa-siapa, bahkan merugikan masyarakat yang notabene membutuhkan produk legislasi yang dapat berimplikasi langsung terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat.

"Kami berharap para petinggi partai untuk dapat menunjukkan sikap kenegarawanan sebelum peristiwa ini berlarut-larut dan menciptakan keresahan sosial di tengah masyarakat," katanya.

Ketua Presidium PMKRI Lidya Natalia Sartono menyatakan pembelahan elit politik di parlemen semakin memperlihatkan watak elit yang berebut kekuasaan.

Bila hal ini terus berlanjut, kata dia, maka stabilitas politik sulit tercapai dan pemerintah akan berat dalam melaksanakan program pembangunan. Parlemen pun sulit untuk mencapai kesepakatan dalam membuat produk undang undang.

"Cukup sudah berebut kekuasaan dan tunjukkanlah kepada rakyat bahwa parlemen hasil pilihan rakyat benar-benar akan bekerja demi kepentingan rakyat, apalagi di tengah rencana kenaikan harga bahan bakar minyak," ucapnya.

Ketua Presidium GMNI Twedy Noviady Ginting mengatakan, sebagai lembaga terhormat seharusnya DPR RI menunjukkan cara-cara terhormat. Hal ini diperlukan dalam rangka menjaga marwah institusi DPR.

"Tidak sepatutnya wibawa DPR sebagai lembaga negara dirusak dengan cara-cara pemaksaan kehendak dalam pengambilan keputusan yang menyangkut persoalan bangsa dan negara. Terlebih cara-cara tersebut akhirnya menciptakan faksionalisasi secara struktural," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement