REPUBLIKA.CO.ID,KEBAYORAN LAMA–Angkutan umum seperti KRL (kereta rel listrik) masih menjadi tempat rawan pelecehan seksual bagi kaum perempuan.
Seperti yang diungkapkan seorang penumpang KRL dari Stasiun Kebayoran Lama, Dian Ratna (26 tahun). Karyawati salah satu mal di Ciledug ini mengaku pernah mendapatkan tindakan pelecehan seksual di KRL yang padat penumpang.
Dian Ratna menceritakan, saat itu penumpang di KRL sangat padat dan berdesak-desakan. Petugas penjaga pintu di gerbong tidak terlihat. Posisinya berada di antara dua pintu otomatis KRL membuat seorang penumpang pria leluasa memegang payudaranya.
“Sempat heboh di gerbong, pria itu langsung diturunkan penumpang di stasiun berikutnya,” ujar Dian, Senin (3/11).
Tindak pelecehan tersebut tidak dilaporkan Dian ke petugas KRL, sebab ia terburu-buru untuk bertemu saudaranya yang telah menunggu di stasiun Bogor.
Seorang warga negara Australia, sebut saja Cathy, juga pernah mendapatkan tindak pelecehan seksual di KRL. Cathy bersama teman prianya dan seorang pemandu naik KRL dari stasiun Sudirman menuju Stasiun Kota untuk berwisata.
“Seorang pria merekam payudara saya dengan telepon genggam saat duduk,” terang Cathy.
Menurutnya, tidak ada orang lain yang tahu kejadian tersebut. Saat itu Cathy terpisah dengan pemandu wisata dan teman prianya. Spontan, Cathy menyiasati kejadian itu dengan mengangkat bajunya hingga menutupi payudaranya.
Kemudian pelaku tersebut seperti berpura-pura mengetik sesuatu di telepon genggamnya. Karena risih, Cathy memilih untuk berdiri dan mempersilakan penumpang lain untuk duduk.
Kasus berbeda juga pernah dialami penumpang KRL di stasiun Kebayoran lama, Dewi Sartika (30) kehilangan telepon genggamnya di KRL saat berangkat dari stasiun Kebayoran Lama menuju Serpong Kota Tangerang Selatan.
Karena kelelahan, ia tertidur pulas. Saat sampai di Stasiun Serpong telepon genggam yang ia simpan dalam tas bahunya raib.