Senin 03 Nov 2014 15:27 WIB

Yogya Waspadai Inflasi Akibat Kenaikan Harga BBM

Rep: Yulianingsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ribuan kader PDIP menggelar aksi menolak kenaikan BBM di depan gedung Grahadi, Surabaya Selasa (27/3).
Foto: Republika
Ribuan kader PDIP menggelar aksi menolak kenaikan BBM di depan gedung Grahadi, Surabaya Selasa (27/3).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tim pengendali inflasi daerah (TPID) DI Yogyakarta (DIY) mewaspadai terkereknya laju inflasi di akhir 2014 ini akibat rencana kenaikan harga bahan bahan minyak (BBM). TPID DIY akan segera mengumpulkan TPID kabupaten/kota untuk membahas rencana kenaikan BBM tersebut.

"Mulai dari Agustus hingga Oktober ini laju inflasi di DIY sangat terkendali. Kita bisa menjaga nilai rupiah dari sisi kebutuhan konsumsi bahan pangan masyarakat. Namun seringkali inflasi terkerek akibat faktor diluar konsumsi bahan pangan seperti BBM dan tempat tinggal," ujar Koordinator TPID DIY yang juga kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, Arief Budi Santoso usai paparan siaran pers laju inflasi Yogyakarta pada Oktober ini di Kantor Badan Pusat Statistis (BPS) DIY, Senin (3/11).

Diakuinya, kenaikan harga BBM, sewa rumah dan tarif kesehatan diluar kuasa TPID DIY dalam pengendalian laju inflasi daerah. Yang bisa dilakukan oleh TPID menurutnya, adalah menekan menurunnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM tersebut. "Ini yang akan kita koordinasikan bersama, kita akan susun langkah apa yang bisa kita lakukan agar laju inflasi tidak naik signifikan," ujarnya.

Menurutnya, jika harga BBM terutama premium naik Rp 1.000 maka angka inflasi DIY akan terkerek satu persen dari posisi sebelumnya. Jika harga BBM naik Rp 3.000 maka laju inflasi akan naik 3 persen.

Sementara itu Kepala BPS DIY Bambang Kristianto mengatakan, berdasarkan hasil pantauan dan survey BPS, laju inflasi Yogyakarta pada Oktober 2014 mencapai 0,28 persen. Laju inflasi ini lebih rendah dari September yang mencapai 0,49 persen.

Laju inflasi pada Oktober ini lebih dikarenakan adanya kenaikan harga sejumlah bahan pokok. Ada enam kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan harga di bulan Oktober lalu. Keenam kelompok pengeluaran ini adalah, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau yang naik 0,32 persen.

Selain itu adalah kelompok perumahan, air dan listrik yang naik 0,67 persen, kelompok kesehatan naik 0,92 persen, kelompok pendidikan dan rekreasi naik 0,04 persen, dan kelompok transportasi naik 0,36 persen. "Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga adalah kelompok bahan makanan yang mengalami penurunan 0,51 persen," ujarnya.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga memberikan andil positif pada laju infarlasi adalah bahan bakar rumah tangga (LPG), angkutan udara, cabai merah yang masing-masing mengalami kenaikan 3,14 persen, 6,11 persen dan 63,07 persen memberikan andil pada laju inflasi sebesar 0,10 persen. Kenaikan tarif listrik sebesar 0,95 persen memberikan andil pada laju inflasi sebesar 0,04 persen.

Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah, daging ayam ras yang turun harganya sebesar 16,55 persen memberikan andil -0,18 persen pada laju inflasi Yogya. Turunnya harga premium sebesar 0,94 persen juga memberikan andil -0,04 persen pada laju inflasi.

Ditambahkan Arief Budi Santoso, jika harga BBM tidak jadi naik maka laju inflasi Yogyakarta di akhir tahun 2014 diperkirakan akan mencapai sekitar  4 persen . Namun kalau harga BBM jadi naik Rp 3.000 maka laju inflasi akhir tahun ini akan mencapai 7-7,5 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement