REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah titik api atau "hotspot" di Sumatera Selatan, Ahad (2/11), bertambah dibanding sepekan lalu, yakni dari 262 titik menjadi 344 titik, sesuai catatan satelit Terra dan Aqua yang dipantau oleh Badan Nasional Pusat Penanggulangan Benana (BNPB).
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta mengatakan bahwa bertambahnya titik api itu karena adanya pembakaran hutan yang disengaja dengan alasan ekonomi, yakni pembakaran hutan dianggap lebih murah untuk membuka lahan baru.
Dikatakannya, dari total 344 titik api di Sumatera Selatan, 320 titik terkonsentrasi di pusat atau lokasi awal kebakaran, yakni di wilayah kebakaran yang menyuplai asap ke Palembang hingga ke Jambi dan Riau. "Artinya, 93 persen lokasi titik api saat ini berada di 'OKI' atau wilayah yang banyak menyuplai asap ke Palembang, Jambi, dan Riau pada dua bulan terakhir," katanya.
Akibatnya, jarak pandang di Palembang saat ini tercatat hanya 400 meter pada pukul 06.00 WIB dan 800 meter pada pukul 08.00 WIB.
Sementara itu, titik api di Kalimantan Tengah hari ini tercatat mencapai 1.225 titik, Kalbar 203 titik, Kaltim 32 titik, dan Lampung 20 titik.
Untuk titik api di Kalteng tersebar di Kotawaringin Timur 276 titik, Seruyan 273 titik, Pulang Pisau 232 titik, Kotawaringin Barat 125 titik, Katingan 123 titik, ditambah beberapa daerah lainnya.
"Untuk wilayah Kalimantan, 99 persen penyebabnya adalah disengaja, bahkan di hutan lindung pun juga dibakar, seperti di Taman Nasional Tanjung Putting Kalteng ada satu titik api," katanya. Meski demikian, Sutopo mengaku pihaknya sedang berupaya memadaman api terus-menerus dengan kerja sama pemerintah daerah dan mengerahkan helikopter, pesawat, dan modifikasi cuaca.
"Untuk di Sumsel ada empat pesawat dan helikopter untuk pengeboman air, yaitu Bolco, MI-8, Kamov, Sirkorsky, dan Air Tractor, ditambah pesawat Casa 212 yang digunakan untuk modifikasi cuaca," katanya.
Ia menjelaskan total air yang sudah dijatuhkan untuk upaya pemadaman api mencapai 24,4 juta liter dan menebarkan 67 ton garam ke awan untuk modifikasi cuaca.
Sutopo meminta penegak hukum bertindak tegas untuk memberikan efek jera, dan meminta pemerintah daerah dapat melakukan pencegahan sejak dini agar tidak berimbas ke negara tetangga.