REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintahan Joko Widodo menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari luar negeri, pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Muslimin Anwar mengatakan setidaknya ada tiga tantangan besar yang dihadapi Menko Perekonomian Sofyan Djalil dan kawan-kawan.
Pertama, kata Muslimin, pemulihan ekonomi global ditandai akselerasi yang tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Kinerja ekonomi global pun tidak berlangsung secara merata.
Ia menilai perbaikan ekonomi dunia terutama didorong oleh pulihnya ekonomi negara maju, khususnya Amerika Serikat (AS), sejalan dengan kebijakan stimulus moneter yang berkelanjutan dan menurunnya hambatan fiskal.
"Namun ekonomi negara berkembang diperkirakan masih tumbuh relatif terbatas, termasuk negara tujuan ekspor utama kita yaitu Tiongkok," kata Muslimin di Jakarta, Senin (27/10).
Kedua, sambung dia, berlanjutnya penurunan harga komoditas di tengah volume perdagangan dunia yang tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Kondisi ini membuat kinerja ekspor belum dapat meningkat setinggi perkiraan sebelumnya, meskipun mengalami perbaikan.
Ketiga, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang diperkirakan akan terjadi lebih cepat dan dengan intensitas yang lebih besar. Hal ini, menurut Muslimin, akan memberikan dampak terjadinya pelarian modal lebih awal dari negara berkembang seperti Indonesia
Melihat nama-nama menteri di bidang ekonomi, ia menegaskan publik berharap banyak kepada tim ekonomi untuk dapat melakukan orkestra yang cepat dan berani mengambil keputusan penting. Kabinet ekonomi harus mampu merespons berbagai tantangan yang dihadapi perekonomian saat ini.
Muslimin percaya nama-nama nama besar dengan track record di bidang ekonomi dan bisnis ini memiliki kemampuan merespons yang bagus atas tantangan-tantangan yang mengemuka saat ini. Di tim ekonomi ada Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, Menteri BUMN Rini Sumarno, Menteri Perhubungan dan Ignatius Jonan.