Jumat 24 Oct 2014 01:47 WIB

Peneliti Temukan Jagung dan Sisa Nasi Abad 8-10 M di Temanggung

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Mansyur Faqih
Situs Liyangan di Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, Jateng.
Foto: Antara /Anis Efizudin
Situs Liyangan di Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, Jateng.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Budidaya pertanian ternyata telah berkembang di Jawa sejak abad 8-10 Masehi. Ini terbukti dengan ditemukannya berbagai bahan pangan di situs Liyangan, di lereng Gunung Sindoro Kabupaten Temanggung, yang diyakini sebagai lokasi pemukiman penduduk Jawa abad 8-10 Masehi.

"Sebelumnya, tim penelitian arkeologi menemukan adanya bulir padi (Oriza sativa) yang telah menjadi arang. Belum lama ini, tim juga menemukan butiran jagung dan sisa nasi yang masih dalam bakul," jelas Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta, Siswanto di Purwokerto, Kamis (23/10).

Menurutnya, berbagai temuan ini membuktikan bahwa aspek ketahanan pangan di Jawa pada masa itu sudah dikelola dengan baik.

"Logikanya, kalau tidak tersedianya pangan yang cukup maka tidak akan ada masyarakat yang berbudaya. Dalam hal ini, aspek ketahanan  pangan masyarakat Jawa di lokasi situs pada abad 8-10 Masehi, ternyata sudah cukup baik," katanya.

Liyangan merupakan sebuah situs perkampungan penduduk Jawa yang diperkirakan hidup pada abad 8 hingga 10 masehi. Peneliti memperkirakan, pemukiman tersebut ditinggalkan penghuninya karena terjadi bencana gunung api berupa meletusnya Gunung Sindoro. Letusan menyebabkan pemukiman terkubur material pijar.

Selain ditemukan berbagai jenis pangan, Siswanti menyebutkan, peneliti juga banyak menemukan artefak berupa alat rumah tangga lainnya. Bahkan dari berbagai temuan juga diketahui bahwa bentuk rumah pada masa itu sudah cukup maju.

Siswanto menyebutkan, berbagai temuan di lokasi situs sangat membantu untuk mengetahui sejarah budidaya pertanian dan sejarah teknologi pertanian atau bercocok tanam di Indonesia, terutama di Jawa. "Antara lain, mengenai sejak kapan mereka melakukan budidaya tanaman dan dari mana mereka memperoleh benih tanaman," jelasnya.

Mengenai soal asal benih, Siswanto, belum bisa memastikan apakah budidaya mereka sendiri atau didatangkan dari negara asing. Kemungkinan benih tersebut berasal dari negara asing mungkin saja terjadi. Mengingat hubungan antar bangsa memang sudah terbuka.  

"Seperti halnya budaya budaya Hindu dan Buddha, kedua kebudayaan yang sempat berkembang di Jawa juga datang dari luar. Demikian juga berbagai artefak lain seperti keramik dan logam asal Cina kuno, banyak ditemukan di Jawa. Jadi bukan tidak mungkin, temuan berupa butiran jagung ini juga berasal dari luar," katanya.

Untuk itu, Siswanto menyatakan, temuan ini menjadi tantangan para peneliti di bidang arkeologi. Juga menjadi tantangan bagi peneliti dari disiplin ilmu yang lain, karena asal-usulnya yang masih misterius.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement