Selasa 14 Oct 2014 02:12 WIB

Mahasiswa Ini Ciptakan Software Pendeteksi Flu Burung

Flu Burung jenis H7N9.
Foto: drugdiscovery.com
Flu Burung jenis H7N9.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Mahasiswa Darma Jaya Lampung, Bunga Vania, berhasil melakukan inovasi dengan menciptakan software pendeteksi penyakit flu burung.

Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika ini, di Bandarlampung, Senin (13/10), menjelaskan, perangkat lunak pendiagnosa flu burung yang dia ciptakan ini dibuat dengan menggunakan Program MATLAB R2008a.

Menurut Vania melalui software buatannya ini, sistem secara otomatis mendeteksi kerusakan pankreas pada gambar yang diambil dari mikroskop digital.

"Virus H5N1 umumnya menyerang beberapa bagian organ utama pada unggas, terutama di bagian pankreas. Salah satu indikator unggas terinfeksi flu burung adalah adanya nekrosis atau kematian sel pada organ, dalam hal ini adalah pankreas. Software ini mampu membaca keberadaan nekrosis pada citra atau gambar di jaringan pankreas," katanya menjelaskan.

Mahasiswa yang lahir di Liwa Kabupaten Lampung Barat 22 tahun silam ini menambahkan, software itu bekerja dengan menerapkan operasi morfologi citra digital yang dapat mendeskripsikan bentuk suatu objek di dalam citra.

Ia menjelaskan lagi, untuk proses pendeteksian, pengguna terlebih dahulu menyimpan beberapa citra dari pengamatan jaringan pankreas ayam dengan mikroskop digital ke dalam komputer.

Kemudian citra-citra tersebut diinputkan ke dalam sistem untuk diproses menggunakan operasi morfologi citra digital. Operasi morfologi citra digital ini dilakukan untuk mendeskripsikan bentuk suatu objek di dalam citra. Dalam hal ini bentuk yang dimaksud adalah daerah nekrosis pada citra jaringan pankreas.

Menurut dia, jika daerah nekrosis terdeteksi pada citra jaringan pankreas, maka sistem akan otomatis memberikan outline untuk memperjelas daerah nekrosisnya. Selanjutnya hasil pendeteksian ini dapat dijadikan dasar untuk diagnosa flu burung.

Dia berharap software ini bisa menjadi alternatif bagi peneliti untuk mengamati kerusakan jaringan dalam rangka pengembangan ilmu patologi, khususnya penyakit flu burung.

"Kasus flu burung sempat menjadi momok bagi masyarakat Indonesia, karenanya dibutuhkan penanganan serius dalam mengantisipasi penyebaran virus yang ditularkan melalui unggas ini," ujar Bunga.

Kendati demikian, diakui Bunga, penelitian ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut, karena sampel yang dilakukan masih dalam skala kecil.

Menurutnya, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, dibutuhkan uji sampel yang lebih besar. Di samping itu, dapat pula disempurnakan dengan pendeteksian yang dibuat secara realtime dari sampel gambar mikroskop digital.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement