Jumat 10 Oct 2014 19:29 WIB

BEM/KA Unsoed Bedah Buku 'Perjuangan Melawan Kalah'

Rep: Eko Widyatno/ Red: Maman Sudiaman
Bedah buku Perjuangan Melawan Kalah di Kampus Unsoed, Jumat (10/10).
Foto: Eko Widyatno/Republika
Bedah buku Perjuangan Melawan Kalah di Kampus Unsoed, Jumat (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, menggelar bedah bedah buku 'Perjuangan Melawan Kalah', di gedung Justisia Fakultas Hukum Unsoed, Jumat (10/10). Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan Nasihin Masha, pemimpin Redaksi Republika, dalam kolom 'Resonansi' di Harian Umum Republika.

Selain menghadirkan penulis buku, panitia juga menghadirkan sejumlah narasumber sebagai pembahas. Mereka adalah Dekan FISIP Unsoed Dr Ali Rokhman  MSi, politisi dari PKS Dr Arif Awaludin, dan aktivis LSM Barid Hardiyanto.

Dalam pendahuluan diskusi, Nasihin menyebutkan buku hasil karyanya memberikan gambaran bahwa Indonesia sebenarnya bisa menjadi bangsa yang hebat. Dalam kolom resonansi yang ditulis, dia memang mengungkapkan banyak aspek mengenai berbagai persoalan kehidupan bernegara, baik dalam persoalan ekonomi, politik, hukum, sosial dan sebagainya.

''Namun pada prinsipnya, selama ini kita terlalu banyak melakukan kompromi-kompromi, sehingga dalam segara aspek pula kita menjadi bangsa yang kalah. Padahal sebenarnya kita memiliki potensi untuk menjadi negara yang hebat,'' jelasnya.

Seperti dalam hal potensi sumber daya alamnya yang luar biasa, dan bila dikelola dengan baik bisa menyejahterakan seluruh rakyatnya. ''Namun selama ini kita selalu kalah. Melalui kompromi-kompromi dengan pihak asing, kekayaan alam kita justru lebih banyak dinikmati manfaatnya oleh bangsa lain,'' jelasnya.

Contohnya, dalam hal kecil seperti hasil hutan kayu rotan saja. Indonesia, menurut Nasihin, adalah negara penghasil rotan tersebut. ''Namun hasil hutan ini, hampir seluruhnya kini diekspor ke luar negeri sehingga perajin rotan kita, seperti di Cirebon, kesulitan mendapat bahan baku rotan,'' jelasnya. Demikian juga dengan sumber-sumber daya alam lainnya.

Meski demikian, Nasihin menyebutkan, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menjadi bangsa yang hebat. Namun untuk itu, ada tiga hal yang akan menentukan. Yakni, masalah kepemimpinan (leadership), masalah pendidikan dan kewirausahaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement