Jumat 10 Oct 2014 08:40 WIB

Peneliti: Apakah Ada Hubungan Eropa-Maros di Masa Lalu?

Rep: Stevy Maradona/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Para ilmuwan menemukan sejumlah lukisan kuno di beberapa gua di kawasan pedesaan Maros, Sulawesi Selatan.
Foto: BBC
Para ilmuwan menemukan sejumlah lukisan kuno di beberapa gua di kawasan pedesaan Maros, Sulawesi Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lukisan gua cap tangan dan babirusa dari Maros, Pangkep, Sulawesi Selatan merontokkan teori asal usul seni yang selama ini berkiblat di Eropa. Hal itu karena sebelum umur lukisan gua di Maros diketahui, arkeolog menduga seni lukis gua berasal dari Eropa lalu menyebar. Ternyata lukisan gua di Maros membuyarkan teori tersebut.

Arkeolog dari Universitas Leiden, Wil Roebroeks, menyatakan umur lukisan gua di Maros sangat penting posisinya dalam sejarah seni manusia. Dari hasil penelitian 10 peneliti Indonesia dan Australia terungkap bahwa umur lukisan cap tangan di Maros mencapai 39,9 ribu tahun yang lalu (tyl). Sementara lukisan gua babirusa berumur 35 ribu tyl.

Baca Juga

Pada rentang waktu yang sama di Eropa sudah muncul juga lukisan gua. Roebroeks mengatakan, seperti yang dikutip dari jurnal sains Nature, bahwa di Eropa lukisan tertua berasal dari situs El Castillo.

Ada 11 gua yang dilukis oleh manusia Spanyol ketika itu. Salah satu bentuknya juga cap tangan.

Namun lukisan cap tangan El Castillo umurnya lebih muda dari Maros yaitu 37 ribu tyl. Lukisan tertua di El Castillo justru bermotif geometris, yang berumur 40,800 ribu tyl.

Kemudian, masih dari Eropa, penelitian di awal 2014 mendapatkan umur satu pahatan abstrak di gua Gorham, Gibraltar, yang diduga dibuat oleh manusia Neanderthal berumur 39 ribu tyl. Perbedaannya, menurut Roebroeks adalah soal rumit tidaknya lukisan. Karena ini bisa menandakan kompleksitas budaya manusia pelukis di Maros maupun di Eropa.

Di Eropa, lukisan figuratif tertua adalah badak, yang berasal dari gua Chauvet, di Prancis. Studi karbon terhadap lukisan ini mendapatkan umur 35 ribu tyl. "Untuk sementara ini, inti dari penemuan di Maros adalah budaya seni lukis gua ternyata sudah dipraktekan di Eropa dan di Sulawesi pada rentang waktu yang sama, sekitar 35 ribu-40 ribu tyl," kata Roebroeks.

Apa yang bisa ditafsirkan dari fakta bahwa di dua benua berkembang satu budaya yang sama, ini yang menurut Roebroeks harus diinterpretasikan arkeolog dengan seksama. "Apakah lukisan gua di Eropa dan Sulawesi menjadi satu bagian budaya kolonialisasi dari Eropa ke Asia atau justru munculnya budaya di dua tempat ini menandakan bahwa praktek serupa berkembang secara independen di berbagai tempat, ini yang jadi misteri," kata Roebroeks lagi.

Karena itu, Roebroeks mengatakan penemuan di Maros oleh Indonesia dan Australia menegaskan pentingnya posisi Asia Tenggara dalam studi evolusi manusia dan budayanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement