Rabu 08 Oct 2014 15:41 WIB

Gara-Gara Dolar, Jokowi Minta Elite Dengar Keinginan Pasar

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Mansyur Faqih
Presiden terpilih, Joko Widodo bersalaman dengan anggota DPRD nya sesaat setelah sidang paripurna di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Kamis (2/10). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Presiden terpilih, Joko Widodo bersalaman dengan anggota DPRD nya sesaat setelah sidang paripurna di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Kamis (2/10). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) menanggapi fenomena melemahnya nilai tukar rupiah usai sidang paripurna pemilihan pimpinan MPR. Menurut Jokowi, hal itu terjadi karena pelaku bisnis menangkap sinyal negatif dari situasi politik Indonesia yang dinilai tidak kondusif.  

"Memang saya sampaikan sinyal yang ditangkap pasar, direspons pasar itu negatif," ujarnya di Jakarta, Rabu (8/10).

Karenanya, Jokowi meminta pada elite untuk menjaga suhu politik di Indonesia agar tetap stabil. Sebab jika pasar menangkap ada ketegangan antara pemerintah dengan dewan, maka dapat berimbas buruk pada iklim investasi di Indonesia.

"Saya pesan pada politisi-politisi, elite politik, setiap tingkah laku kita, kebijakan kita, produk politik kita itu dilihat oleh pasar, dilihat oleh masyarakat. Kalau respons negatif itu tolong didengar. Artinya harus mendengar keinginan pasar. Ini yang saya lihat tidak mendengar," ujar dia.

Saat ini, nilai tukar rupiah melemah 0,09 persen ke Rp 12.213 per dolar AS pada hari ini, Rabu (8/10). Sebelumnya, di tengah memanasnya sidang pemilihan pimpinan MPR pada Selasa (7/10), kurs rupiah juga menguat 10 poin (0,08 persen) pada level 12.202 per dolar AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement