Senin 06 Oct 2014 14:39 WIB

Gempa Embusan Gunung Slamet Cenderung Meningkat

Letusan abu akibat erupsi Gunung Slamet, terlihat dari Dusun Pratin, Desa Kutabawa, karangreja, Purbalingga, Jateng, Rabu (17/9)..   (foto : Idhad Zakaria)
Letusan abu akibat erupsi Gunung Slamet, terlihat dari Dusun Pratin, Desa Kutabawa, karangreja, Purbalingga, Jateng, Rabu (17/9).. (foto : Idhad Zakaria)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Gempa embusan yang terjadi di Gunung Slamet, Jawa Tengah, cenderung meningkat. Hal ini diungkapkan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono.

"Hal itu diketahui berdasarkan data PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Pemalang, dalam 18 jam terakhir yang terbagi atas tiga periode pengamatan," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Senin (6/10).

Menurut dia, dalam pengamatan yang dilakukan pada Ahad (5/10) pukul 18.00-00.00 WIB, secara visual cuaca Gunung Slamet tampak terang dan tidak teramati adanya embusan asap meskipun gempa embusan yang terekam sebanyak 105 kali.

Sementara pada Senin pukul 00.00-06.00 WIB, secara visual teramati adanya embusan asap putih tebal setinggi 100-300 meter, sedangkan gempa embusan yang terekam sebanyak 143 kali.

Selanjutnya pada pukul 06.00-12.00 WIB, secara visual teramati embusan asap putih tebal setinggi 50-300 meter dan terekam adanya gempa embusan sebanyak 200 kali.

Bahkan, selama tiga periode pengamatan tersebut atau 18 jam terakhir, tidak terekam adanya gempa tremor menerus seperti yang terjadi dalam periode-periode pengamatan sebelumnya.

"Meskipun demikian, kami simpulkan bahwa aktivitas kegempaan Gunung Slamet masih tinggi, sehingga statusnya tetap 'Siaga'," kata pria yang biasa disapa Mbah Rono itu.

Oleh karena itu, kata dia, masyarakat tetap dilarang beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Slamet.

Di luar radius 4 kilometer tersebut, lanjut dia, aman untuk berbagai aktivitas seperti pertanian, wisata, dan kegiatan sosial lainnya.

Disinggung mengenai kemungkinan Gunung Slamet akan kembali mengeluarkan sinar api dan lava pijar seperti beberapa pekan lalu, dia mengatakan bahwa hal itu tidak bisa diprediksikan. "Kalau embusan iya, tapi kalau lava pijar enggak tahu," katanya.

Sebelumnya, Surono mengharapkan energi yang dikumpulkan Gunung Slamet melalui gempa tremor menerus selama lebih dari satu pekan dikeluarkan dalam bentuk embusan, bukan sebagai lontaran material atau lava pijar. "Saya berharap seperti itu (energi dilepas hanya dalam bentuk embusan, red.)," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement