Sabtu 27 Sep 2014 21:32 WIB

Desa Wisata Perlu Berproses Hadapi MEA

Seorang wisatawan mancanegara menikmati wisata pertanian dengan membajak sawah di Desa Wisata Kebonagung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.
Foto: Antara
Seorang wisatawan mancanegara menikmati wisata pertanian dengan membajak sawah di Desa Wisata Kebonagung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM --  Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengatakan desa wisata di Indonesia sedang berproses untuk menghadapi persaingan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

"Kita siap untuk bersaing, tinggal bagaimana menerapkan standar-standar di desa wisata. Saat ini untuk 'homestay' dan kuliner sudah menerapkan standar ASEAN," kata Mari Elka Pangestu di Karangasem, Bali, Sabtu (27/9).

Selain penerapan standar, desa wisata juga telah dikembangkan menggunakan sistem jejaring dengan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan adanya jejaring tersebut, para wisatawan domestik maupun mancanegara bisa mendapatkan informasi sekaligus memesan tempat.

Mari mengatakan desa wisata juga ikut dipromosikan melalui berbagai komunitas pemasaran tematik. Misalnya, ada komunitas yang bertema perdesaan, pantai dan budaya.

"Untuk memancing wisatawan juga diperlukan paket-paket wisata yang terintegrasi dengan pihak lain, misalnya transportasi, biro perjalanan dan lain-lain. Dengan begitu, wisatawan bisa mudah menuju ke desa wisata," tuturnya.

Mari Elka Pangestu berada di Desa Wisata Pakraman Jasri, Kabupaten Karangasem, Bali untuk memberikan Penghargaan Desa Wisata 2014. Desa Pakraman Jasri merupakan peringkat pertama penghargaan yang sebelumnya.

Peringkat pertama Penghargaan Desa Wisata 2014 diraih Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah yang menyisihkan pesaingnya Desa Panglipuran, Kabupaten Bangli, Bali.

Penghargaan tersebut diberikan kepada desa penerima Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata dalam bentuk bantuan sosial.

"Desa wisata adalah cara konkret masyarakat bisa menikmati pariwisata. PNPM Mandiri Pariwisata dimulai sejak 2009 dan menjadi proses pembelajaran kita," tuturnya.

Mari mengatakan desa wisata berbeda dengan wisata perdesaan. Desa wisata melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengelolaan, sedangkan wisata perdesaan bisa dikelola siapa pun meskipun tidak melibatkan masyarakat sekitar.

PNPM Mandiri Pariwisata pada tahun 2009 diikuti 104 desa, 2010 diikuti 200 desa, 2011 diikuti 569 desa, 2012 diikuti 978 desa, 2013 diikuti 980 desa dan 2014 sudah terealisasi 45 desa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement