Jumat 26 Sep 2014 05:37 WIB

Cerita Anung Anindito, Si Fotografer SBY dan Guru Ani Yudhoyono

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Mansyur Faqih
 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjalan menuju Kantor Kepresidenan usai melakukan sesi foto bersama dengan pegawai Sekretariat Kepresidenan di halaman Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (11/9). (Antara/Widodo S. Jusuf)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berjalan menuju Kantor Kepresidenan usai melakukan sesi foto bersama dengan pegawai Sekretariat Kepresidenan di halaman Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (11/9). (Antara/Widodo S. Jusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bandara Halim Perdanakusuma, Kamis (18/9) pagi. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono beserta delegasi dan rombongan, bersiap untuk bertolak ke Portugal.

Kunjungan ke negara asal pesepak bola ternama Cristiano Ronaldo itu merupakan rangkaian acara kenegaraan internasional terakhir SBY di medio kedua masa pemerintahannya. Setelah Portugal, SBY mengunjungi Amerika Serikat dan Jepang, sebelum direncanakan kembali ke Tanah Air akhir September nanti.

Sebagaimana biasa, kepergian SBY ke mancanegara dilepas oleh sejumlah pejabat. Termasuk Wapres Boediono dan ibu Herawati Boediono.  

Tatkala SBY dan Ibu Ani sedang menaiki tangga menuju pintu masuk armada Boeing 737-800 kepunyaan maskapai Garuda Indonesia, dengan sigap Anung Anindito mengabadikan momen itu dengan kamera SLR miliknya.

Sejurus kemudian, Anung masuk ke dalam ruang utama pesawat tersebut. Anung merupakan fotografer pribadi SBY dan keluarga. Tanpa terasa sudah hampir 11 tahun, Anung melakoni pekerjaan tersebut.  

Sebelumnya, Anung bekerja sebagai pewarta foto di salah satu media nasional sejak 1996. Selain itu, Anung juga sempat menjadi fotografer lepas (freelance) di salah satu kantor berita kenamaan, AFP (Agence France-Presse).  

Namun delapan tahun kemudian, Anung melepas identitasnya sebagai pewarta foto di media massa. "Pas 2004, ikut gabung sama babeh (SBY), gw pikir ya sudah. Kerjaan gw fokus sama babeh," ujar Anung ketika berbincang dengan Republika beberapa waktu lalu.

Walau tak bergabung lagi dengan media massa, Anung menyebut menjaga hubungan baik dengan para pewarta foto. Khususnya di Ibu Kota. Komunikasi tetap terjaga, sampai saat ini.  

"Kacang tidak boleh akan kulitnya. Gak boleh lupa sama teman-teman lama, walau pun sudah ada yang menjadi redaktur dan lain-lain," kata Anung.

Sejak 2004 hingga sekarang, tentu sudah banyak suka duka yang dialami. Meski pun begitu, Anung mengaku menikmati setiap proses yang terjadi.  

Terlebih, SBY dan Ibu Ani telah menganggapnya layaknya seorang anak, bukan seorang karyawan. "Kalau misal ada kemarahan sedikit, itu buat pembelajaran," kata Anung.

Hubungan dengan anggota keluarga SBY seperti dengan keluarga Agus Harimurti dan Ibas Yudhoyono pun berjalan baik dan penuh keakraban.

Dalam sejumlah kesempatan menyertai kegiatan kepresidenan, Anung kerap memberi saran kepada Ibu Ani yang mulai hobi menjepret beberapa tahun terakhir.

Dua kamera milik Ibu Ani bermerek Sony dan Canon (seri 5D max) adalah senjata andalan. "Kadang-kadang, Ibu suka pakai kamera kecil (Sony), tapi saya sarankan kamera besar (Canon) agar lebih dapat detil. Kita arahkan kecepatan sekian, Ibu sudah paham," ujar Anung. 

Terkadang, kata dia, Ibu Ani lupa. Namun setelah diingatkan, yang bersangkutan segera memahami. Arahan Anung tidak hanya berupa kamera semata, melainkan juga untuk pengambilan momen.  

Ya, momen adalah kunci utama agar foto yang apik dihasilkan. Anung juga bercerita ihwal kegiatan Ibu Negara menggunakan media sosial instagram sebagai sarana berbagi foto.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement