REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Prof.Dr. Ahmad Syafii Maarif memberikan Orasi Ilmiah di hadapan ribuan mahasiswa IPB di Grha Widya Wisuda (GWW), Kampus IPB Darmaga (22/9). Sidang Terbuka dalam Rangka Dies Natalis IPB ke 51 ini sengaja mengundang tokoh nasional yang dikenal dengan sebutan Buya Syafii Maarif ini untuk menyuarakan pemikirannya tentang kondisi pendidikan dan Indonesia terutama di bidang pertanian.
Dalam orasinya, Buya Syafii mengangkat tema “Pendidikan Karakter, Kelakuan Elite dan Wajah Petani Kecil Indonesia”. Buya menjabarkan bahwa jika suatu bangsa kehilangan karakternya maka sama artinya dengan bangsa itu sudah kehilangan segala-galanya dan bisa menjadi mainan bangsa lain. Konsep karakter mengandung nilai kualitas moral dan etika, kualitas kejujuran, keuletan, keberanian dan integritas.
“Tanda-tandanya sudah mulai kelihatan. Reformasi 16 tahun lalu yang menyatakan perang terhadap KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), kini mati suri walaupun sudah terobati oleh kiprah KPK yang fenomenal. Bahkan kolusi dan nepotisme belum banyak perubahan bahkan kambuh. Belakangan muncul generasi penyusu, yakni meraih posisi politik karena pertalian darah dengan orang tua atau hubungan keluarga. Generasi ini punya karakter yang rapuh, sulit diharapkan memiliki integritas pribadi dan kepercayaan diri yang kuat,” ujarnya.
Menurutnya ini akibat dari gagalnya pendidikan karakter dalam sistem persekolahan Indonesia. Pada kekuasaan di tangan para elite yang serba “tuna” ini, jangan harap nasib rakyat jelata, seperti petani kecil akan diperhatikan. Panggung politik Indonesia sekarang sedang berada di tangan mereka yang minus idealisme.
“Sia-sialah kita jika terlalu berharap kepada para elite ini untuk memperhatikan hak rakyat jelata dan petani kecil yang memang sudah terabaikan sejak lama. Bahkan kepekaan batin kita terhadap nasib rakyat dan petani sudah lama layu,'' kata Buya Syafii.
Khusus untuk pertanian, Buya Syafii mengungkapkan bahwa yang paling punya otoritas untuk itu adalah pemerintah dan IPB. Kampus yang sudah menginjak usia 51 tahun ini harus selalu bersuara lantang tanpa rasa takut untuk membela dan memperjuangkan nasib petani.
''Untuk itu, alumni IPB yang terdidik ini harus harus dibekali dengan semangat patriotik sehingga bisa tampil sebagai petarung-petarung tangguh untuk membela dan mencerahkan para petani. Akhirnya untuk mahasiswa dan alumni IPB, disamping harus mempunyai karakter yang kuat dan petarung sejati, ungkapan ini mungkin perlu saya tambahkan: Hidup terlalu pendek untuk dipermainkan dan sekali berarti setelah itu mati,” tutur guru besar sejarah ini.
Dalam acara puncak perayaan ulang tahun IPB ini, Rektor IPB, Prof.Dr.Ir. Herry Suhardiyanto, MSc menjabarkan tujuh langkah penyelamatan pertanian bangsa Indonesia dari kehancuran, Rescuing Strategi. Ke-tujuh langkah tersebut adalah pertama, pelurusan cara pandang tentang pembangunan pertanian dan ekonomi dari resources based economy menjadi knowledge economy.
Kedua, pencegahan konservasi sawah menjadi pemukiman kawasan industri dan perkantoran dan jalan raya. Ketiga, fokus pada komoditas unggulan dan lokasi yang tepat. Keempat integrasi hulu hilir.
Kelima pengembangan model agribinis yang optimum dan modern. Keenam perlunya kebijakan afirmatif dengan mewujudkan bank tani dan nelayan. Ketujuh, perlunya akselerasi.