REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pihak keluarga terdakwa kasus dugaan pelecehan seksual di sekolah Jakarta Internasional School (JIS) meyakini tidak melakukan seperti yang dituduhkan oleh pihak kepolisian. Bahkan, penetapan tersangka dinilai sebuah rekayasa dan sudah ada yang mengatur.
“Keponakan saya di sini karena fitnah, karena bukti tidak kuat. Jika memang benar, kita bisa terima apapun yang terjadi. Tapi ini sangat tidak sesuai. Keluarga semua shock,” kata Maskur paman dari tersangka Zaenal kepada wartawan, Senin (22/9).
Sementara Sunarti, istri terdakwa Agun mengaku sangat kehilangan sosok suami sebagai kepala keluarga. Kini untuk menyambung hidup, Sunarti bekerja sebagai kuli cuci gosok di rumah tetangga.
“Saya lakukan untuk menghidupi anak saya. Ketika saya bekerja, anak saya ajak. Saya masih tidak percaya apa yang dilakukan oleh suami saya, karena yakin suami saya hanya jadi kambing hitam,” tegasnya.
Seperti keluarga lainnya, Ibunda Virgiawan Amin alias Awan, Murni Rahmawati mengaku anaknya adalah sosok yang pendiam, tidak pernah mendengar bertengkar sama teman-temannya. Karena awalnya Awan dipanggil polisi atas kasus penganiyaan.
“Anaknya pendiam, tidak mungkin melakukan itu. Awan adalah sosok tulang punggung, setiap gajian uangnya selalu diserahkan kepada neneknya. Dan kasus ini membuat neneknya stres,” ujar Murni.
Pertengahan pekan lalu, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, seluruh terdakwa yang bekerja sebagai cleaning service sama-sama menyatakan mereka adalah kambing hitam. Seperti pengakuan Awan yang mengaku tidak tahu kenapa menjadi kambing hitam dalam kasus JIS.