Kamis 18 Sep 2014 20:10 WIB

'Mencegah Lebih Efektif Ketimbang Memadamkan'

Rep: C91/ Red: Djibril Muhammad
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho
Foto: Antara
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, selama Agustus 2014, cuaca semakin kering, sehingga potensi kebakaran sangat tinggi. Adanya pembakaran lahan, menyebabkan api semakin tak terkendali.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, memprediksi puncak kemarau akan sampai Oktober 2014. Demi mengatasi kebakaran hutan dan lahan, BNPB terus memberikan pendampingan serta memperkuat BPBD dengan bantuan ekstrim yang diperlukan, seperti water bombing, TMC, dana siap pakai, dan manajemen.

Dalam keterangan tertulisnya, Sutopo menjelaskan, BNPB bekerja sama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dari sembilan provinsi, meliputi Sumatera Utara (Sumut), Riau, Sumatera Selatan (Sumsel, Jambi, Kalimantan Barat (Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng), Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Timur (Kaltim), dan Kalimantan Utara (Kaltara), telah menyiapkan antisipasi bencana asap. Di antaranya patroli, dan sosialisasi.

Empat batalyon TNI pun siap dikerahkan jika diperlukan di lapangan. Bahkan selama bulan Oktober, BNPB menyiapkan dana siap pakai sebesar Rp 355 milyar, namun sudah terpakai Rp 300 milyar. "Bila kurang BNPB akan mengajukan tambahan ke DPR dan Kementerian Keuangan," ujar Sutopo, saat dihubungi, Kamis (18/9).

Kini, petugas satgas terus berusaha memadamkan api dan asap saat siang hingga malam. Hanya saja asap tetap keluar dari dalam gambut karena api masih membara di kedalaman 1-10 meter di bawah permukaan tanah.

Menurutnya pencegahan lebih efektif dibandingkan pemadaman, maka dari itu jangan sampai terbakar. "Jika sudah terbakar, api sulit dipadamkan," ujar Sutopo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement