Kamis 18 Sep 2014 14:40 WIB

KSOP Minta Pulau Tikus Diaktifkan sebagai Pelabuhan

Pelabuhan/ilustrasi (Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pelabuhan/ilustrasi (Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Kepala Kantor Syahbandar dan Otorita Pelabuhan (KSOP), Pelabuhan Pulau Baai Provinsi Bengkulu Jhoni F Hutasoit meminta gubernur setempat mengaktifkan Pulau Tikus layaknya pelabuhan.

"Pelabuhan Pulau Baai sudah tidak bisa melakukan aktivitas bongkar muat untuk kapal yang berukuran besar, oleh sebab itu kami meminta Pulau tikus diaktifkan untuk bongkar muat kapal besar," kata dia di Bengkulu, Kamis.

Menurut dia, salah satu pulau terluar Provinsi Bengkulu itu dinilai bisa menjadi alternatif, untuk mengakomodasi kebutuhan transportasi barang yang menggunakan kapal bermuatan diatas 300 ton.

Permintaan tersebut disampaikan dirinya, oleh karena pelabuhan yang beroperasi saat ini, yakni Pelabuhan Pulau Baai mengalami pendangkalan alur.

"Kapal dengan muatan 300 ton tidak bisa masuk ke pelabuhan, kalau dibiarkan, perusahaan besar akan hengkang, mereka labih baik menggunakan pelabuhan yang terdapat di daerah lain," katanya.

Jhoni mengaku, pihaknya kecewa dengan pengelola pelabuhan, yakni PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), karena keterbatasan dari pelabuhan itu saat ini.

"Pelindo harus berbenah diri," kritik Kepala KSOP Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu itu.

Sebelumnya, Gubernur Provinsi Bengkulu Junaidi Hamsyah mempertanyakan keseriusan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) terkait pengelolaan pelabuhan di daerah itu, yakni pelabuhan Pulau Baai.

"Saya tidak suka ekspos-ekspos bohong, yang terpenting realisasi dan bukti dari perbaikan pelabuhan Pulau Baai, kalau hanya sekedar ekspos, itu namanya dongeng," kata dia.

Karena keterbatasan pelabuhan tersebut, gubernur mengatakan provinsi itu menjadi salah satu provinsi tertinggal, karena sampai saat ini sektor distribusi masih banyak memanfaatkan jalur darat.

"Kita punya produk utama untuk di ekspor, seperti karet, sawit, batubara, jahe, kopi dan lainnya, namun pelabuhan ini tidak memadai untuk melakukan proses mengekspor impor," kata dia.

Seperti hasil alam dari Curup, Kabupaten Rejang Lebong, yang menghasilkan tanaman jahe membutuhkan waktu tiga bulan untuk proses ekspor melalui Pelabuhan Pulau Baai menuju negara tujuan seperti Jepang.

"Karena lamanya waktu yang dibutuhkan, akhirnya pengusaha di bidang itu mengekspor melalui Palembang, Sumatera Selatan, lewat sana hanya membutuhkan waktu 20 hari, jadi apa yang didapat Bengkulu kalau hasil alam daerah ini diekspor melalui provinsi lain, apa yang bisa dibuat Pelindo, kalau 'railway' Bengkulu--Muara Enim (Sumatera Selatan) terealisasi, 'good bye Pelindo," tegas Junaidi.

Menurut gubernur, dirinya siap untuk membantu Pelindo secara maksimal dalam membangun pelabuhan di provinsi itu, sehingga akses dari dan ke Bengkulu melalui perairan lebih leluasa.

"Saya harap untuk pembangunan Pelabuhan Pulau Baai ini segera terealisasi, saya tidak malu kalau diajak ekspos ke kementerian atau kemana pun, ayo," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement