REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran hutan dan lahan kembali melanda Sumatra dan Kalimantan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan kabut asap menyebabkan jarak pandang kurang dari satu kilometer.
"Bahkan ada (jarak pandang) yang kurang dari 20 meter," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Rabu (17/9). Kondisi ini menganggu aktivitas masyarakat dan penerbangan.
Berdasarkan data BNPB, sebaran asap akibat kebakaran hutan dan di Sumatra dan Kalimantan pada 12-15 September 2014 hingga ke Singapura dan Malaysia. Penyebaran asap ini disebabkan adanya siklon tropis Kalmaegi di sebelah timur Filipina.
Sutopo memerinci, kabut asap di Sumatra Selatan dan Riau menyebar sampai ke Singapura dan Malaysia. Sedangkan asap dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat masuk ke serawak. Kondisi ini menyebabkan kualitas udara di negeri jiran, khususnya Singapura, menurun. "Ke tingkat sedang hingga tidak sehat," kata dia.
Menurut Sutopo, BNPB bersama pemerintah daerah di Sumatra dan Kalimantan sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi dampak kabut asap. Upaya yang dilakukan seperti operasi lapangan. BNPB, Satuan Kerja Perangkat Daerah, TNI, Polri, Manggala Agni, dan Masyakat peduli Api, melakukan pemadaman di darat.
Upaya lainnya, yaitu menjatuhkan bom air (water bombing) dan operasi lapangan. Di Riau, Sutopo menyebutkan, ada dua helikopter yang setiap hari melakukan penyiraman dari udara. Di Sumatra Selatan, ada tiga helikopter, dua helikopter di Kalimantan Tengah, dan satu helikopter di Kalimantan Barat. "Sekali terbang mampu menyemprotkan empat ribu liter air," kata dia.
Mengenai hambatan di bandara akibat asap, Sutopo mengatakan, BNPB telah memasang mitigator, yaitu peralatan yang mampu mengeluarkan uap air untuk mengikat partikel-partikel dari asap. Sehingga, dia menjelaskan, jarak pandang di bandara bisa terbuka. "Hal ini kita lakukan untuk membuka isolasi atau hambatan pesawat take off dan landing di masing-masing bandara," ujar dia.
Sutopo menambahkan, berdasarkan data satelit modis operasional yang melakukan pemadaman, ada 1.276 hotspots di Sumatra dan Kalimantan. Perinciannya, 195 hotspots di Sumsel, 20 titik panas di Riau 20, dan 17 di Jambi, 599 hotspots di Kalteng, 252 di Kalsel, 193 di Kalbar.