REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memiliki beragam jenis lebah dan vegetasi yang menjadi pendukung kelangsungan hidup serangga itu di berbagai kawasan di Tanah Air. Karena alasan inilah, pada 1971 Presiden Suharto meminta Pramuka (Praja Muda Karana) untuk mengembangkan 'Gerakan Pelebahan'.
Imbauan presiden tersebut direspons oleh Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka Indonesia dengan mendirikan sebuah usaha peternakan lebah pada tahun yang sama. Inilah titik awal sejarah lahirnya PT Madu Pramuka, pelopor peternakan lebah modern di negeri ini.
Hingga saat ini, PT Madu Pramuka terus mengalami perkembangan pesat. Sudah banyak kalangan yang memperoleh pengetahuan dari perusahaan ini cara-cara pembudidayaan lebah, sehingga madunya dapat dimanfaatkan bagi masyarakat luas. Bahkan, sejumlah program pelatihan juga terus dikembangkan seperti yang dilakukan Pramuka pada 15–19 September 2014 ini di Cibubur, Jakarta.
Ada sebanyak 46 peserta atau 16 kwartir daerah (kwarda) dari 16 provinsi yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Selama lima hari, mereka dilatih membudidayakan lebah dan pengembangan usaha madu oleh Kwarnas Pramuka. Masing-masing kwarda nantinya juga akan diberikan modal usaha oleh kwarnas. Antara lain berupa koloni lebah, ratu lebah, alat panen, serta akan dimonitor usaha lebahnya di masing-masing kwarda pasca pelatihan ini.
Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault menuturkan, Indonesia sudah selayaknya menjadi salah satu negara pengekspor madu terbesar dunia. "Apalagi, madu Indonesia yang diproduksi oleh Pramuka tidak kalah kualitas dan khasiatnya dibandingkan madu dari negara-negara lainnya seperti Australia, Argentina, dan Thailand," ujar Adhyaksa, Selasa (16/9).
Untuk itu, ia berharap pelatihan budi daya lebah kali ini dapat menstimulasi para peserta untuk mengembangkan usaha peternakan lebah di daerahnya masing-masing.
Menurut hasil riset UNFPA (United Nation for Population and Activity), kata Adhyaksa, sedikitnya ada 16 antibiotik yang terdapat dalam madu. Di antara khasiat kandungan nutrisi tersebut adalah untuk menjaga kesehatan dan menjauhkan tubuh kita dari berbagai macam penyakit.
Adhyaksa juga berharap peternakan lebah dan usaha madu di Indonesia bisa memenangkan persaingan ketika Asean Free Trade Area (AFTA) atau Pasar Bebas Asean mulai diberlakukan tahun depan. "Jika kalangan muda kita minim sekali keterampilan dan pengetahuannya di bidang ini, tentu Indonesia bakal kalah bersaing dan tertinggal dari bangsa-bangsa lain di kawasan Asia. Padahal kita punya banyak jenis lebah yang bisa menghasilkan nilai ekonomi," tuturnya.
Andalan Nasional Gerakan Pramuka, Basty Sulistianto mengatakan, saat ini omset PT Madu Pramuka mencapi Rp 28 miliar hingga Rp 30 milliar per tahun. Dengan diadakannya pelatihan 16 kwarda kali ini, dia berharap PT Madu Pramuka bisa menggenjot omset sampai Rp 32 milliar pada akhir tahun nanti.
Direktur PT Madu Pramuka Wawan Darmawan menekankan pentingnya pelatihan dan usaha lebah madu Pramuka ini sebagai sarana menanamkan jiwa cinta penghijauan dan penanaman pohon kepada generasi muda. "Jangan sampai lebah-lebah yang hidup di pepohonan di negeri ini punah lantaran ulah manusia," katanya.
Ia menambahkan, dalam sebuah riwayat dari Ahmad al-hakim dan al-Bazzar, Rasulullah SAW bersabda, perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih, dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya.
"Rasul SAW juga menyebutkan, manusia paling baik adalah yang banyak memberikan manfaat bagi manusia lainnya. Ini juga menjadi salah satu filosofi kehidupan lebah yang diajarkan Allah SWT kepada kita," imbuhnya.