REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO-- Kembalinya aktivitas Gunung Slamet, cukup mengejutkan warga. Sebelumnya, warga mengira Gunung Slamet sudah kembali tertidur untuk jangka waktu yang cukup lama. Namun baru empat hari tidak menunjukkan aktivitas apa pun, Gunung Slamet kembali meletus.
''Selama 4 hari, sejak Sabtu (13/9), aktivitas Gunung Slamet memang seperti terlelap. Tidak tercatat aktivitas apa pun. Sepanjang empat hari itu, hanya terjadi beberapa kali hembusan asap putih tipis dengan ketinggian maksimal 50 meter,'' jelas Koordinator Pos Pengamatan Gunung Slamet, Sudrajat, Rabu (17/9).
Aktivitas Gunung Slamet, sebelumnya mengalami kenaikan status Siaga (level 3), pada 12 Agustus 2014 lalu. Sejak itu, Gunung Slamet dengan tipe letusan stromboli secara periodik melontarkan lava pijar dan letusan asap kelabu, disertai suara dentuman, gemuruh dan gempa tremor yang terus menerus.
Puncak dari aktivitas Slamet selama periode itu, terjadi pada Kamis (11/9) dan Jumat (12/9). Pada Kamis (11/9), suara dentuman dari Gunung Slamet terdengar keras, bahkan hingga wilayah DAS Serayu Kabupaten Banyumas, yang berjarak lebih dari 25 km dari puncak. Kemudian pada Jumat (12/9), frekwensi dentuman mulai menurun, meski pun masih beberapa kali terdengar.
Yang tidak diketahui penyebabnya, mulai Sabtu (13/9) hingga Selasa (17/9), Gunung Slamet seperti tiba-tiba tertidur. Hasil rekaman seismograf yang terpasang di pos pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, mencatat aktivitas gempa vulkanik yang benar-benar nihil. Jarum seismograf bergerak lurus di kertas catatan, yang menunjukkan tidak adanya aktivitas sama sekali.
Demikian juga kepulan asap yang terjadi puncak Slamet. Petugas hanya mencatat terjadi tiga kali kepulan asap putih tipis, dengan ketinggian maksimal 50 meter. Untuk itu, suara dentuman yang beberapa kali kembali terdengar warga Kota Purwokerto pada Rabu (17/9) ini, membuat warga Kota Purwokerto merasa cemas.