REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menciptakan empat produk bioaditif sebagai imbuhan pakan untuk meningkatkan imunitas dan performa dari hewan ternak, yakni Herbalo-Mix, Imnno-Chick, BioMixPRO, Lemo-Fit.
"Produk bioaditif ini terbuat dari kombinasi bakteri asam laktat (Pediococcus acidilacti) dan bahan alami seperti ekstrak tepung cacing tanah dan ekstrak daun mengkudu," kata Peneliti Produksi Hewan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi LIPI A Angger Sakti, di Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/9).
Keempat produk bioaditif tersebut, menurut dia, telah diuji coba di laboratorium dan beberapa waktu lalu produk ini mendapatkan penghargaan dari Menristek.
Herbalo-Mix dan Imunno Chick adalah bioaditif untuk unggas, berbentuk serbuk dan bisa mencegah berah daerah akibat asit protozoa Eimeria tenella, menurunkan lemak dan kolestrol daging.
"Yang membedakan Herbalo-Mix dengan Imunno kalau Herbalo itu dicampurkan dengan air minum, sementara Imunno bukan dengan air," katanya.
Lemo-Fit ialah imbuhan pakan untuk ruminansia besar dan kecil (domba, kambing dan sapi) berbentuk serbuk dan dapat meningkatkan palatabilitas dan performa ternak.
BioMixPRO adalah imbuhan pakan berupa kompleks biomineral untuk ruminansia besar dan kecil yang bisa meningkatkan performa ternak dan menurunkan kadar kolestrol daging ternak.
Ia menuturkan, alasan LIPI mengembangkan pakan ternak alami karena selama ini pakan ternak yang ada di Indonesia masih menggunakan pakan ternak anti-biotik sintetik.
Pakan ternak tersebut, kata dia, secara ekonomis memang harganya murah, tapi memiliki dua dampak negatif yakni pertama untuk ternaknya itu menyebabkan resistensi pathogen entah itu parasit atau bakteri.
"Kemudian untuk manusia yang mengkonsumsi ternak juga berbahaya, karena daging ternak yang mengkonsumsi pakan produk anti-biotik sintetik ini kadar kolestrolnya lebih tinggi," katanya.
Menurut dia, Amerika Serikat sudah melarang penggunakan pakan anti- biotik sintetik untuk semua produk peternakan sejak tahun 1992 dan Uni Eropa sejak tahun 2003.
"Sedangkan di kita belum dilarang sampai sekarang belum ada regulasinya. Mungkin karena ini menyangkut politis juga, seperti diimpor dan harganya murah. Kemudian isu ketahanan pangan di kita belum segencar di negara lain," katanya.
Namun ia optimis beberapa tahun ke depan Indonesia pasti akan mengikuti regulasi pelarang anti-biotik sintetik di pangan ternak seperti negara lainnya.